Bagikan:

JAKARTA - Di tengah pandemi COVID-19 atau virus corona yang masih merebak, penyanyi Dua Lipa dan The Weeknd merilis album terbaru mereka. Berbeda dengan Lady Gaga yang memilih untuk tidak merilis album anyarnya, Chromatica dalam waktu dekat.

Melalui Twitter-nya, penyanyi bernama asli Stefani Germanotta ini menginformasikan bahwa dirinya belum menemukan tanggal yang tepat untuk melepas Chromatica. Baginya, seni adalah salah satu hal yang bisa menguatkan dan memberi kesenangan satu sama lain pada waktu seperti ini. “Ini terasa tidak benar bagi saya merilis album dengan apa yang terjadi pada pandemi global ini,” tulisnya.

Wajar jika Lady Gaga berpikir seperti itu. Soalnya, album Chromatica adalah penanda kembalinya pelantun Bad Romance ini ke industri musik setelah beberapa waktu lalu disibukkan dengan berakting  dalam A Star is Born. Memang, Stupid Love sempat diluncurkan sebagai sebuah lagu tunggal (single). Tapi tentu tidak bisa disamakan dengan sebuah album penuh.

Beberapa hari yang lalu, artwork sampul Chromatica sempat bocor di internet namun Lady Gaga tetap menunda perilisannya. Pilihan yang diambil Lady Gaga ini berbeda dengan Dua Lipa yang justru memajukan tanggal perilisan album barunya, Future Nostalgia sebagai hadiah untuk penggemar yang sedang menjalani masa lockdown atau pun social distancing.

Selain menunda perilisan album, Lady Gaga juga meminta penggemarnya untuk melakukan kebaikan dan beraktivitas di rumah. Baru-baru ini, ia mengumumkan telah menyerahkan donasi kepada America’s Food Fund untuk memberi bantuan makanan bagi mereka yang terkena dampak dari COVID-19.

Industri hiburan saat ini terbilang mengkhawatirkan baik dari segi ekonomi maupun hiburannya itu sendiri. Apalagi dengan banyaknya pembatalan sejumlah konser atau acara musik yang disebut-sebut sebagai sumber terbesar penghasilan seorang artis. Ini tentu menjadi kesulitan tersendiri bagi artis maupun tim yang mengendalikannya.

Hal yang sama juga dilakukan Sam Smith, band Haim, serta Alicia Keys. Kurangnya lahan promosi serta menurunnya angka penjualan yang bisa berujung pada kerugian besar, mereka memilih untuk menunda perilisan albumnya hingga waktu yang tidak ditentukan.

Bagi mereka yang percaya diri dengan kekuatan penjualan bisa saja tetap merilisnya, toh penggemar setia akan berbondong-bondong mendengarkan (streaming) atau membeli album fisik. Namun bagi mereka yang bergantung pada penampilan televisi atau konser, opsi ini jelas jauh dari pikiran.

Contoh lainnya ada Justin Bieber yang baru melepas album Changes yang dilengkapi dengan tur. Albumnya berhasil terjual sebanyak 649 ribu keping, tetapi Bieber harus menunda turnya setelah sebelumnya ia memindahkan tempat konser dari arena ke stadium. Apakah ini karena Bieber sudah tidak ‘menjual’ lagi? Tidak ada jawaban konkret mengenai hal ini.