Bagikan:

JAKARTA - Chris Brown dijadwalkan menggelar konser di Afrika Selatan pada akhir tahun. Penyanyi R&B 35 tahun itu akan tampil di Stadion FNB, Johannesburg yang berkapasitas lebih dari 94.000 kursi.

Tiket konser Brown di Afrika Selatan habis terjual dalam dua jam, pertunjukan hari kedua pun diumumkan. Hal ini menggambarkan bagaimana antusiasme besar atas kehadiran pelantun “With You” itu.

Namun begitu, Women for Change, sebuah organisasi yang mengadvokasi hak-hak perempuan dan anak-anak di Afrika Selatan, menentang kehadiran Chris Brown di negara mereka. Mereka menyebut sang artis memiliki riwayat kekerasan terdapat perempuan.

"Ketika saya melihat berita bahwa Chris Brown akan datang ke Afrika Selatan, saya terkejut dan sangat kecewa," kata Sabina Walter, direktur eksekutif Women for Change, mengutip BBC, Senin, 14 Oktober.

Mereka serius untuk menentang kehadiran Chris Brown, dan telah memulai petisi untuk menghentikan konser tersebut. Saat ini, petisi telah memiliki lebih dari 20.000 tanda tangan.

“Petisi ini dibuat untuk menyampaikan pesan yang kuat bahwa kami tidak akan memberi toleransi perayaan bagi individu yang memiliki sejarah kekerasan terhadap perempuan,” kata Walter.

“Ketika seseorang seperti Chris Brown diberi kesempatan di negara yang sedang dilanda KDRT, hal itu mengirimkan pesan yang merusak, bahwa ketenaran dan kekuasaan lebih penting daripada akuntabilitas,” sambungnya.

Satu contoh kekerasan yang dilakukan Chris Brown, kata Walter, adalah pertikaiannya dengan penyanyi Rihanna pada tahun 2009.

Chris Brown, yang saat itu berusia 19 tahun, mengaku bersalah atas penyerangan dan dijatuhi hukuman lima tahun masa percobaan, pelayanan masyarakat, dan konseling kekerasan dalam rumah tangga.

Di samping itu, mantan wakil rektor Universitas Cape Town, Prof. Mamokgethi Phakeng, berbagi pandangannya melalui X, dan menyatakan dirinya akan menghadiri konser Chris Brown.

"Saya benar-benar menentang KDRT dan mengutuknya. Saya percaya bahwa mereka yang melakukan KDRT harus menghadapi hukuman berat tanpa pengecualian atau keringanan hukuman. Namun, izinkan saya tegaskan, kalau-kalau pesannya kurang mengena, saya akan menghadiri konser Brown jika ia datang. Kedua hal ini tidak saling berkaitan,” tulis Phakeng.

“Menyatakan bahwa menikmati konser membuat Anda selaras dengan setiap tindakan artis di masa lalu adalah, paling tidak, terlalu sederhana dan, paling buruk, tidak jujur secara intelektual,” kata Phakeng lagi.

Lebih jauh, ia menyatakan bahwa memboikot konser Chris Brown tidak akan mengakhiri KBG di Afrika Selatan.

"Menghadiri konser tidak serta merta menghapus sikap moral kita terhadap KBG."