Bagikan:

JAKARTA - Febrian Nindyo, gitaris HIVI! Yang juga Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Musisi Indonesia (FESMI) mengungkap permasalahan yang dihadapi musisi kafe saat ini.

Ketika musisi kafe mulai menyadari bahwa apa yang mereka kerjakan adalah profesi yang perlu mendapat perlindungan, pihak lain belum bisa menghargainya.

Febrian memberi contoh dari aduan yang masuk ke FESMI, dimana musisi kafe di Jakarta yang ingin mengajukan kontrak kerja justru ditolak oleh pemilik kafe.

“Ada aduan dari musisi di Jakarta, mereka bilang ketika musisi-musisi reguler mau menerapkan kontrak kepada pemilik kafe, agar semua bekerja sama dengan bertanggungjawab, apa yang terjadi? Musisinya di-cut, diganti oleh band lain yang merasa tidak membutuhkan kontrak untuk kerja sama,” ungkap Febrian Nindyo saat membuka acara BISIK-BISIK di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat pada Rabu, 24 Juli.

“Dan yang lebih parah, setelah kewajiban musisi dilakukan, sudah selesai manggung, pembayarannya ditunggak sampai beberapa bulan,” lanjut Febrian.

Merasa bahwa profesi musik harus dilindungi, kata Febrian, FESMI turun tangan dan mengadukan permasalahan tersebut kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.

“Dan kami hadir, kami bergerilya, kami audiensi, dan Senin kemarin kita laporkan langsung ke Sandiaga Uno,” ujar sang gitaris.

Lebih jauh, Febri mengajak musisi-musisi untuk berserikat, sehingga seluruh permasalahan yang dihadapi dapat diatasi bersama-sama.

Menurutnya, musisi dalam banyak kasus tidak mendapat perhatian.

“Faktanya adalah musisi sendirian, kita sendirian, tidak ada yang benar-benar memperhatikan kecuali kita sendiri. Kita nggak punya daya tawar karena kita sendiri-sendiri, cuma mementingkan dompet sendiri, perut sendiri, peruntungan sendiri, dan lain-lain,” pungkas Febrian Nindyo.