Bagikan:

JAKARTA - Barasuara memperkenalkan album ketiga yang berjudul “Jalaran Sadrah”. Album yang diproduksi sendiri lewat Hu Shah Records ini mencakup sembilan lagu, termasuk beberapa lagu yang sudah lebih dulu dirilis, yaitu “Terbuang dalam Waktu”, “Merayakan Fana”, dan “Fatalis”.

Iga Massardi (gitar, vokal), TJ Kusuma (gitar), Marco Steffiano (drum), Asteriska (vokal), Gerald Situmorang (bass), dan Puti Chitara (vokal) mengerjakan album ini sejak tahun 2021. Saat itu, Barasuara berjalan menghadapi pandemi tanpa manajer dan perusahaan rekaman.

“Jalaran Sadrah artinya karena pasrah. Album ini terjadi, tertulis, terselesaikan karena pasrah,” kata Iga Massardi dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Kamis, 20 Juni.

“Kita pasrah dalam ketidakberdayaan. Dalam keputusasaan, dalam lemah dan kecilnya peran kita sebagai manusia yang akhirnya hanya bisa menerima takdir dan jalan-Nya,” lanjutnya

Pada awal pengerjaan “Jalaran Sadrah” seluruh personel Barasuara menepi dan menetap di sebuah villa di Puncak, Bogor untuk mengkonsolidasikan band dan menulis lagu baru dari nol maupun mengembangkan materi yang dibawa dari rumah masing-masing.

Dari sana, proses penulisan lagu berlanjut, bongkar pasang aransemen dan rekaman pun berlangsung secara berkala hingga awal 2024 di berbagai studio di Jakarta.

Lirik yang sebagian besar ditulis Iga mencakup berbagai peristiwa kelam yang terjadi belakangan ini. Seperti dalam “Fatalis”, dikisahkan maraknya disinformasi yang membuat banyak korban pandemi berjatuhan. Selain itu, “Habis Terang” berisi tanggapan Barasuara atas pembunuhan massal yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

“Lagu-lagu di album ini banyak menceritakan tentang kematian dalam persepsi yang beragam. Ada yang merayakan, ada yang sinis, ada yang apatis, ada yang kontemplatif. Lalu ada juga lagu yang menceritakan tentang kepulangan rasa terhadap cinta yang sejati. Secara garis besar, banyak tema yang berkaitan tentang proses hidup, lahir dan menjalankannya,” tutur Iga.

Lebih jauh, penulisan lagu yang variatif jadi hal baru bagi Barasuara, yang menunjukkan rasa saling percaya antar-personel yang sudah terbangun selama satu dekade lebih.

“Ini album yang paling kolektif pengerjaannya, karena kami sudah sama-sama saling percaya dan tahu warna masing-masing,” pungkas Gerald Situmorang.