Bagikan:

JAKARTA - Ungu yang terbentuk sejak tahun 1990an, sudah mencapai puncak karier pada periode 2000an. Belasan album dengan puluhan lagu hits membuat band beranggotakan Pasha (vokal), Enda (gitar), Oncy (gitar), Makki (bass), dan Rowman (drum) dikenal sebagai band papan atas Tanah Air.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah Gen Z mendengar karya-karya mereka? Apakah Ungu berusaha untuk memperkenalkan diri kepada Gen Z?

Oncy menyebut bahwa personel Ungu tentunya menyesuaikan diri dengan pendengar musik dark kalangan anak muda saat ini. Namun yang menjadi fokus mereka adalah tetap mengeluarkan karya baru.

“Ya mengikuti lah, adaptasi dengan hal-hal baru, kegiatan yang lagi in di media sosial masih bisa kita pelajari. Sisanya tinggal mental baja aja, bikin karya dengan tim yang solid dan tinggal tunggu hasil,” kata Oncy saat ditemui di kantor Trinity Optima Production, Jakarta Selatan pekan lalu.

“Ya karena memang begitu kan, konsep bermusik memang seperti itu. Kita bikin, dan kita nggak pernah tahu orang suka apa nggak. Tapi kita usaha sebaik mungkin, mixing cari yang bagus, mastering kita cari yang bagus. Kalau punya rezeki, studio juga yang paling bagus,” timpal Enda.

“Tapi kita sudah mengusahakan sebaik mungkin, termasuk bagaimana caranya kita supaya disukai anak-anak generasi Z.”

Meski begitu, Pasha menyadari kesulitan musisi dari generasinya untuk mengikuti gaya musik yang diinginkan. Pasalnya, mereka juga memiliki pendengar dari generasi sebelumnya.

“Tapi itu susah. Karena pas kita coba merubah konsep, yang tradisionalnya malah protes. Misalnya contoh kita coba masuk ke wilayah Gen Z, yang Gen X-nya ngerasa 'Kok gini? Kita suka yang lama'. Repot jadinya,” kata Pasha.

“Nggak harus sih menurut saya. Nggak harus kita memaksakan yang kayak gimana caranya (mengikuti) Gen Z. Karena lagu ini kan untuk semuanya, tinggal siapa yang bisa nikmati aja,” pungkas sang penggawa Ungu.