Bagikan:

JAKARTA - Dalam upaya mengumpulkan dana untuk melunasi utang dan mempertahankan wilayah kekuasaan di Amerika, Pemerintah Inggris meloloskan Stamp Act pada 22 Maret 1765.

Stamp Act adalah Undang-Undang (UU) yang memungut pajak langsung pada semua bahan yang dicetak untuk tujuan penggunaan komersial dan legal di daerah koloni, dari surat kabar dan pamflet,hingga kartu remi dan dadu.

Meskipun kebijakan tersebut menerapkan strategi pemungutan dana umum di Inggris, hal tersebut memicu protes.

Selain itu, Pemerintah Inggris juga memberlakukan UU yang dikenal sebagai tiga pajak besar: Sugar Act (1764), yang memungut bea atas impor tekstil, anggur, kopi dan gula; Currency Act (1764), yang menyebabkan penurunan besar dalam nilai uang kertas yang digunakan oleh koloni; dan Quartering Act (1765), yang mengharuskan penjajah menyediakan makanan dan tempat tinggal bagi pasukan Inggris.

Dengan berlakunya Stamp Act, masyarakat memandang, pemerintah Inggris berusaha merusak kekuatan ekonomi dan kemerdekaan mereka.

Para koloni di Amerika juga mengangkat masalah perpajakan tanpa perwakilan dan membentuk masyarakat yang tergabung dari semua koloni untuk bersatu melawan Inggris dan para bangsawan yang berusaha mengeksploitasi koloni sebagai sumber pendapatan. 

Dilansir dari History, Sabtu 22 Maret, sebanyak 9 dari 13 koloni mengirim perwakilan ke Kongres Stamp Act, di mana para koloni menyusun Deklarasi Hak dan Protes, sebuah dokumen yang mencerca kebijakan kerajaan Inggris. Kongres pada awalnya tampak gagal total, hanya 9 koloni yang mengirim delegasi.

Perwakilan dari Georgia, North Carolina, New Hampshire, dan Virginia yang dianggap sangat penting justru tidak hadir. Kongres dengan cepat terbagi menjadi dua kelompok yaitu radikal dan moderat. Hanya segelintir yang termasuk dalam kelompok ekstrem yang meyakini langkah-langkah lebih kuat terhadap Inggris.

Menyadari bahwa sebenarnya biaya penegakan Stamp Act lebih mahal, pemerintah Inggris akhirnya mencabut pajak tersebut. Stamp Act juga menimbulkan gerakan yang jauh lebih besar dalam perlawanan terhadap Pemerintah Inggris dan pertempuran untuk kemerdekaan. 

Sekelompok pedagang memimpin protes anti-Inggris di Boston dan kota-kota pesisir lainnya. Kelompok pemilik tanah juga datang bersama-sama untuk ikut gerakan protes tersebut. 

Jauh setelah Stamp Act dicabut, masyarakat-masyarakat terus melakukan pertemuan sebagai oposisi terhadap kebijakan kejam dari Inggris. Dari pertemuan mereka, muncul rasa nasionalisme yang memuncak. Satu dekakde kemudian, lahirlah Revolusi Amerika.