Disebut Lebih Enak dari Kue Keranjang, Ini Sejarah Kue Khas Tionghoa Tiong Ciu Pia
Tiong ciu pia atau kue bulan (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Salah satu hal yang dinanti-nanti saat merayakan Imlek adalah menyantap kue khas Tionghoa. Ternyata masih ada yang tak kalah enak bahkan ada yang bilang lebih lezat dari kue keranjang yakni kue tiong ciu pia atau lebih populer dengan sebutan kue bulan. Kue ini juga lebih spesial karena ada peringatannya khususnya setiap tahun. Bagaimana sejarahnya?

Terbuat dari kulit pastri yang manis dan padat, tiong ciu pia punya beragam isi di dalamnya. Mulai dari kacang merah, wijen atau biji teratai, sementara di atasnya terukir aksara Mandarin yang berisi ucapan selamat panjang umur atau harmoni. 

Selain itu, untuk menggambarkan bulan purnama, di dalam kue ini biasanya juga berisi kuning telur asin. Kue ini begitu spesial sehingga biasanya hanya disantap pada waktu tertentu saja seperti pada Hari Libur Bank Nasional.  

Saking spesialnya bahkan ada satu hari yang dikhususkan untuk menyantap makanan ini yakni pada tanggal 15 bulan 8 kalender China atau pada 1 Oktober pada tahun lalu. Orang-orang menyebut hari itu sebagai Festival Pertengahan Musim Gugur. Lantas mengapa kue ini begitu istimewa?

Simbol kemenangan

Seperti kebanyakan adat istiadat China, asal muasal kue bulan sudah ada sejak zaman kuno. Seperti dikutip Chinatown.co.uk, kue bulan ada pada masa penggulingan dinasti Mongol. 

Pada abad ke-13 Kubilai Khan berhasil menginvasi Tiongkok dan mendirikan dinasti Yuan. Kubilai Khan dianggap sebagai rezim otoriter yang mengekang warga Tiongkok hingga pintu rumah mereka dijaga oleh pasukan Mongol. 

Gerah dengan kelakuan rezim tersebut, gerakan pemberontakan pun muncul. Ada salah seorang orang kepercayaan pemimpin pemberontak, Liu Bowen menyarankan pemberontakan bertepatan dengan Festival Pertengahan Musim Gugur. 

Pada saat itu, mereka mendapat izin untuk mendistribusikan kue bulan kepada warga sebagai berkah umur panjang kaisar Mongol. Namun di kue tersebut ternyata terselip pesan pemberontakan. Isinya: "bunuh orang Mongol pada hari ke-15 bulan delapan'. Karena orang Mongol tidak makan kue bulan, rencana mereka berhasil dan orang Mongol pun berhasil digulingkan.

Peristiwa itu kemudian diperingati sebagai Festival Pertengahan Musim Gugur. Nama kue tiong ciu pia sendiri berasal dari dialek Hokkian yang berarti tengah bulan pada musim gugur. Tiong artinya 'tengah', ciu 'musim gugur' dan pia nama jenis kue yang berbentuk bulan dan berisi. Pestanya tak lain adalah menyantap kue tiong ciu pia atau kue bulan. 

Di Indonesia, warga keturunan Tionghoa biasanya berkumpul dan membagikan kue bulan ke keluarga besarnya, sebagai sarana mempererat tali kekeluargaan. Kue bulan juga dibagikan kepada teman-teman dan rekan bisnis. Memberi kue bulan adalah simbol doa dan pengharapan baik, yakni harmoni dan kemakmuran bagi si penerima.

Berbagai restoran, hotel, dan toko-toko kue menjual kue bulan saat Festival Musim Gugur datang. Kebanyakan bentuknya juga masih khas kue bulan tradisional, yakni berbentuk bulat, yang melambangkan keutuhan keluarga.