JAKARTA - Dokter spesialis anak dr. Andreas Sp.A mengatakan, stimulasi berlebihan (overstimulasi) justru akan mengakibatkan kemunduran pada kemampuan otak anak.
"Justru anak yang overstimulasi lebih melorot kemampuan otaknya dibandingkan anak yang seusianya," ucapnya dalam diskusi mengenai 'Pentingnya Pencernaan yang Sehat untuk Imunitas dan Kecerdasan Anak' melansir ANTARA, Selasa, 23 Desember.
Andreas mengatakan stimulasi perlu dilakukan sesuai dengan anjuran perkembangan usianya atau yang disebut dengan milestone.
Orang tua bisa membantu stimulasi perkembangan anak dengan cara menemani bermain atau mengajak melakukan aktivitas fisik bersama, serta aktif mencari informasi mengenai standar milestone sesuai usia anak.
"Anaknya jangan ditinggal nonton, main gadget, main handphone. Tetap diawasi, ditemenin perkembangannya sama stimulasi," ucap Andreas.
Dia mengatakan, jika anak kelebihan stimulasi yang tidak sesuai dengan usianya, akibatnya anak menjadi stres dalam menjalani keseharian, sering menangis, dan berteriak.
"Contohnya anak dikasih stimulasi pemberian makanan ganti-ganti setiap hari, jadinya anak enggak bisa mengenal makanannya, jadi nangis terus, teriak, heboh itu anaknya stres," kata Andreas.
BACA JUGA:
Selain itu, Andreas mengatakan seringkali orangtua terlalu menstimulasi anak di bawah satu tahun untuk cepat bisa berjalan. Hal ini menurut Andreas tidak tepat dan akan membuat anak tertinggal secara motorik.
"Tujuh bulan tapi disuruh latihan berjalan nanti otomatis anaknya enggak bisa ngejar malah ketinggalan karena salah jalan, dengan harapan anak cepat jalan, tandanya nanti anaknya juga rewel pas tidur," ucapnya.
Maka itu dia mengingatkan orangtua untuk tidak boleh menstimulasi anak berlebihan atau kurang dari usianya. Karena selain pemenuhan nutrisi dan menjaga kesehatan saluran pencernaan, stimulasi juga sangat penting dalam tumbuh kembang anak.