Bagikan:

YOGYAKARTA – Strategi coping adalah cara mengatasi masalah, yang ternyata kalau salah atau enggak tepat justru menyebabkan tekanan psikologis. Terutama strategi coping maladaptif yang berfokus pada emosi cenderung menghindari situasi menegangkan bahkan menunda mengatasi masalahnya.

Menurut penelitian oleh Pearlin dan Schooler yang diulas psikiater anak Christine B. L. Adams, MD. dilansir Psychology Today, Senin, 2 Desember, kepribadian orang membantu mengatasi situasi yang menekan. Dalam mengendalikan situasi, sangat membantu kalau mereka responsif dalam menangani suatu masalah. Itu artinya, mereka lebih berfokus pada masalah, bukan pada emosi. Sehingga orang tersebut terlibat dalam upaya kognitif dalam memecahkan masalah.

strategi coping berfokus pada emosi menciptakan tekanan psikologis yang lebih besar
Ilustrasi strategi coping berfokus pada emosi menciptakan tekanan psikologis yang lebih besar (Freepik/jcomp)

Kalau mengatasi masalah yang berfokus pada emosi, orang cenderung memutuskan menghindari situasi dengan menunda-nunda, kecanduan aktivitas tertentu, atau menerima gagasan bahwa mereka tidak dapat mengelola situasi yang dihadapi. Menurut Lazarus dan Folkman, ini dialami orang dengan gejala psikologis. Tekanan psikologis akan meningkat dalam situasi menegangkan, terutama dengan gaya coping maladaptif.

Tentu saja menghadapi situasi menegangkan dengan menghindar tidaklah membantu menyelesaikan masalah. Penghindaran melibatkan penyangkalan terhadap masalah yagn dihadapi, menunda mengambil tindakan, kecanduan perilaku tertentu, penyalahgunaan zat, dan mengalihkan diri dari emosi serta pikiran. Penanganan yang buruk akibat penghindadran, ditemukan dalam orang dengan diagnosis depresi klinis, PTSD, dan gangguan kecemasan. Gaya penanganan yang menghindar tidak mengatasi penyebab yang mendasari urgensi. Menghindari saat-saat gelisah menyebabkan harga diri yang lebih rendah, menurut Moos dan Schaefer.

Meskipun penghindaran ada catatan negatifnya, ada beberapa keadaan di mana penghindaran dapat bermanfaat. Misalnya saat risiko terlalu tinggi atau saat terancam. Artinya situasi ada di luar kendali seseorang sehingga menghindari situasi tersebut bisa membantu.

Selain gaya coping berfokus pada emosi, strategi coping yang konfrontatif juga tidak banyak membantu menangani situasi atau masalah. Karena dengan berkonfrontasi, seseorang berada dalam situasi yang menegangkan, lebih banyak gejala psikologis, dan biasanya tidak menyelesaikan masalah justru bisa mengancam harga diri. Kecuali strategi coping  bagi penderita kanker, karena perlu berbagi pikiran dan emosi dalam meminta dukungan tenaga medis yang merawat mereka.

Melalu penjelasan di atas, penanganan masalah dan situasi sangat bervariasi. Tergantung bagaimana ukuran emosional dan penilaian kognitif di tengah situasi yang penuh tekanan. Secara umum, strategi coping yang fokus pada masalah, bukan pada emosi, lebih baik menangani masalah daripada menghindar ataupun berkontrontasi. Namun kembali lagi pada situasi apa yang dialami. Artinya, tidak ada ukuran pasti, hanya saja lebih baik melibatkan penilaian kognitif alih-alih emosi yang lebih besar.