JAKARTA - Hari Kesehatan Nasional menjadi momen yang tepat untuk mengulas upaya Indonesia dalam mewujudkan Generasi Emas 2045 dari perspektif kesehatan. Pasalnya, Indonesia masih menghadapi tantangan serius di bidang kesehatan: tingginya prevalensi penyakit tidak menular seiring bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia, penyakit menular seperti TBC, masalah kesehatan ibu dan anak, serta gizi buruk pada anak-anak. Kondisi ini memunculkan pertanyaan: bagaimana Indonesia bisa menyiapkan generasi yang sehat dan produktif untuk 2045?
Henny Daeng Parani Ketua Umum Rabu Biru Foundation mengatakan, Indonesia menghadapi tantangan besar di bidang kesehatan, termasuk dampak pandemi, target Sustainable Development Goals 2030, serta keterbatasan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar. Selain itu, cakupan pelayanan kesehatan semesta (UHC) perlu diperluas, yang tidak terbatas hanya pada BPJS.
"No one should be left behind. Kami melihat pentingnya kesempatan dan akses untuk pelayanan kesehatan berkualitas demi terwujudnya kedaulatan kesehatan. Misi ini merupakan tanggung jawab bersama. Untuk itulah Rabu Biru Foundation berikhtiar untuk menjadi mitra pemerintah dalam mensukseskan program kesehatan pemerintah," ungkapnya.
BACA JUGA:
Melalui report terbaru yang diluncurkan, Rabu Biru Foundation (RBF) mengungkap temuan dari pemeriksaan kesehatan pada 10.000 lansia, ibu hamil, balita, dan masyarakat umum di berbagai wilayah lewat giat Rumah Sehat Keliling dari yayasan. Ditemukan bahwa lebih dari 50% menghadapi masalah kesehatan, termasuk tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, gizi kurang, dan juga faktor resiko pada ibu hamil seperti hipertensi, anemia dan komplikasi kehamilan berisiko tinggi.
Sebagai yayasan yang peduli pada akses kesehatan bagi masyarakat, RBF berinovasi dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui Rumah Sehat Keliling. Fasilitas ini dilengkapi kemampuan untuk melakukan deteksi dini melalui screening awal tepat guna. Khusus untuk ibu hamil, RBF berinovasi dengan memanfaatkan alat kesehatan teknologi karya anak bangsa berbasis telemedisin, TeleCTG, yang ditempatkan di Rumah Sehat Keliling maupun di Puskesmas untuk membantu bidan mendeteksi faktor risiko pada ibu hamil sejak dini.
"Jika Indonesia ingin benar-benar merasakan manfaat dari bonus demografi dan membentuk tenaga kerja yang kompetitif pada 2045, faktor risiko yang berpotensi menyebabkan komplikasi pada kehamilan, termasuk gizi buruk, sebaiknya dapat dideteksi dan ditangani bahkan sejak dalam kandungan. Langkah ini juga sebagai salah satu upaya untuk membantu mengurangi potensi kematian ibu, bayi dan stunting intra-uterine," ungkap Henny.
Melihat urgensi tersebut, Rabu Biru Foundation menegaskan bahwa deteksi dini dan upaya preventif serta pemanfaatan teknologi adalah solusi strategis sekaligus investasi jangka panjang yang harus dijalankan. Mengingat risiko penyakit tidak menular tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup individu, tetapi juga menurunkan produktivitas ekonomi. Hal serupa berlaku jika masalah stunting pada anak tidak segera ditangani. Dampaknya bisa melemahkan potensi generasi Indonesia di masa depan dan berdampak pada ekonomi nasional.
“Pendekatan yang kami lakukan seperti inisiatif Rumah Sehat Keliling dan penggunaan TeleCTG, bila diterapkan dengan cakupan yang lebih besar, dapat melipat gandakan usaha membentuk angkatan kerja dan masyarakat yang sehat dan produktif. Inovasi yang kami terapkan bisa menjadi model yang efektif untuk mendekatkan pelayanan dan membantu meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat. Jika diimplementasikan lebih luas, program ini berpotensi untuk memberikan manfaat signifikan. Inisiatif kami dirancang untuk menurunkan risiko kesehatan sejak dini dan meringankan beban layanan kesehatan di masa depan.” ujar Anda Sapardan, Anggota Dewan Pakar Kesehatan Rabu Biru Foundation. Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa Rabu Biru Foundation terbuka untuk berkolaborasi dengan pemerintah dan berbagai pihak yang memiliki visi yang sama.
Bagi Indonesia, investasi dalam bidang kesehatan melalui pendekatan preventif bukan hanya soal menjaga kesehatan masyarakat, tetapi juga langkah penting untuk memperkuat ekonomi negara. “Ketika Indonesia bergerak menuju visi 2045, menjadikan kesehatan sebagai prioritas adalah kunci untuk memastikan bahwa rakyat, sebagai aset terbesar bangsa, bisa berkontribusi untuk masa depan yang lebih sejahtera dan berkelanjutan,” tutup Henny.