YOGYAKARTA – Enak atau tidaknya makanan, bergantung pada bagaimana indra pengecap bekerja. Apabila mengalami gangguan, cita rasa makanan secanggih apapun akan tidak ada artinya. Seperti halnya yang dialami penderita dysgeusia. Dysgeusia adalah kelainan yang mengganggu indra pengecap. Orang dengan kondisi ini, mencecap semua makanan hanya dengan cita rasa terbatas, seperti manis, asam, pahit, atau getir.
Berkaitan dengan gangguan indra pengecap, dysgeusia berbeda dengan anosmia dan ageusia. Anosmia ditandai dengan hilangnya sebagian atau seluruh penciuman yang merupakan gejala COVID-19 meski bisa pula dialami karena sejumlah masalah kesehatan lainnya. Ageusia, mengacu pada hilangnya rasa yang dicecap secara total. Untuk mengenali dysgeusia lebih spesifik, berikut penjelasan lengkapnya.
Gejala dysgeusia
Pada umumnya, seseorang mengalami dysgeusia karena efek samping dari perawatan atau pengobatan tertentu. Bisa juga disebabkan kekurangan vitamin atau mineral. Wanita hamil juga bisa mengalami perubahan rasa. Namun pada kasus yang jarang terjadi, dysgeusia bisa merupakan gejala penyakit hati, hipotiroidisme, atau kondisi kesehatan lainnya.
Menurut penelitian, sebanyak 17 persen orang dewasa di Amerika Serikat mengalami dysgeusia pada suatu waktu. Melansir Cleveland Clinic, Jumat, 20 Oktober, dysgeusia menyebabkan rasa tidak enak di mulut meskipun tidak sedang makan apapun. Gejala dysgeusia, antara lain sebagai berikut:
- Makanan yang tadinya enak, saat mengalami dysgeusia terasa tidak enak, terkadang terasa busuk.
- Makanan yang manis atau asin, tidak terasa manis atau asin lagi.
- Semua makanan terasa getir atau pahit.
- Ada rasa di mulut meski belum makan apapun.
Itulah gambaran mengenai gejala dysgeusia. Di bawah ini, dijelaskan apa-apa saja faktor yang menyebabkan dysgeusia.
Penyebab dysgeusia
Penyebab paling umum dysgeusia, karena hilangnya indra penciuman. Hal ini dialami salah satunya karena infeksi COVID-19. Selain itu, juga bisa disebabkan faktor berikut ini”
1. Infeksi
Orang yang mengalami infeksi bakteri, virus, atau jamur pada gusi, mulut, atau tenggorokan mungkin mengalami pembengkakan. Pembengkakan ini dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke indra pengecap sehingga mengubah indra perasa Anda.
2. Pengobatan dan perawatan
Beberapa obat dapat memengaruhi indera perasa Anda. Termasuk amoksisilin, metronidazol, diuretik, penghambat saluran kalsium, dan beberapa obat tekanan darah seperti kaptopril. Perubahan rasa juga merupakan efek samping utama dari kemoterapi dan terapi radiasi, terutama ketika mengobati kanker.
3. Mulut kering (xerostomia)
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan mulut kering. Termasuk beberapa obat, sindrom Sjogren, atau terapi radiasi untuk kanker. Tanpa produksi air liur yang cukup, reseptor rasa Anda mungkin tidak terstimulasi.
4. Defisiensi vitamin dan mineral
Kekurangan vitamin dan mineral merupakan salah satu penyebab dysgeusia. Terutama ketika seseorang mengalami kekurangan zinc atau vitamin B. Kondisi ini rentan terhadap hilangnya kemampuan pengecapan.
BACA JUGA:
5. GERD
Refluks asam kronis, atau GERD, terjadi ketika asam lambung masuk ke mulut. Ini dapat memengaruhi fungsi pengecapan. Oleh karena itu, beberapa penderita GERD mengalami dysgeusia.
6. Gangguan neurologis dan kerusakan saraf
Gangguan neurologis pada penderita penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, dan multiple sclerosis (MS) telah dikaitkan dengan dysgeusia. Selain itu, beberapa saraf bertanggung jawab atas sensasi rasa. Jika saraf ini rusak, dapat menyebabkan dysgeusia, terutama kerusakan saraf yang berhubungan dengan telinga, leher, dan Bell’s palsy.
7. Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme yang dialami penderita diabetes, hipotiroidisme, penyakit ginjal, dan lainnya dikaitkan dengan dysgeusia. Karena metabolisme tidak bekerja dengan normal, indra pengecap juga tidak bisa merasakan makanan secara tepat.
Di samping tujuh penyebab dysgeusia di atas, protesis gigi, kehamilan, perokok, dan penuaan juga mempengaruhi cara kerja reseptor rasa pada indra pengecap.