Eksplorasi Sineas Muda Tanah Air di Plaza Indonesia Film Festival 2020
Orang-orang Di balik PIFF 2020 (Tarida Angelina/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Selain bioskop, saat ini para penggemar film makin dimanjakan oleh sejumlah sinema alternatif medium menonton film. Salah satunya, Plaza Indonesia Film Festival (PIFF) yang memasuki tahun kelimanya.

Membawa tema Colors of Love, festival ini menghadirkan film-film yang belum tentu bisa kita saksikan di bioskop umum. Melalui konferensi pers yang diadakan di Disrupto Society, Plaza Indonesia, Selasa, 18 Februari, sejumlah pegiat film serta perwakilan dari Kinosaurus, Plaza Indonesia, dan Istituto Italiano di Cultura menjelaskan ketertarikan mereka untuk ikut serta dalam festival ini.

Sugar Nadia sebagai kurator film PIFF 2020 menjelaskan beberapa detail mengenai pemilihan film yang ditayangkan di PIFF. Mereka melihat perkembangan festival film di dunia dan film-film yang ada dalam festival meraih penghargaan dan apresiasi. Oleh sebab itu, alasan mengapa festival film diminati karena pilihan filmnya selalu dikurasi.

Animo yang besar terlihat dari tiga tahun belakangan di mana tiket penjualan terjual habis kurang dari beberapa jam saja. Kondisi ini berbeda dibandingkan dengan beberapa tahun lalu ketika PIFF membutuhkan waktu seminggu untuk menjual habis seluruh tiket. Selain itu, PIFF sekarang memiliki jangka waktu lebih lama hingga seminggu untuk pemutarannya.

Kolaborasi Pertama Jogja-NETPAC

PIFF menjadi festival film di Jakarta yang memenuhi keinginan penikmat film. PIFF dengan berani membawa film-film yang meraih sejumlah penghargaan di dalam dan luar negeri. Tahun ini, mereka juga menjalin kerja sama dengan Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF), festival film milik Yogyakarta yang tidak kalah populernya.

Melalui kolaborasi keduanya, mereka menghadirkan film-film dari JAFF seperti Bura oleh Eden Junjung, Adam oleh Shoki Lin, Tak Ada Yang Gila Di Kota Ini oleh Wregas Bhanuteja, Kembalilah Dengan Tenang oleh Reza Fahriansyah, dan I Am Zal oleh Hooman Naderi.

Berbicara soal perfilman, Yosep Anggi Noen, sutradara film The Science of Fictions mengatakan filmnya memiliki cara tutur sinema Indonesia yang berbeda. Oleh sebab itu, film ini wajib disimak di PIFF meskipun sudah ada rencana untuk menayangkannya di bioskop.

Asmara Abigail sebagai salah satu pemeran The Science of Fictions mengungkapkan rasa antusiasnya bermain dalam film arahan Yosep. Ia melihat perkembangan film di Asia juga semakin tinggi. Ia juga mengharapkan pemerintah bisa mendukung industri perfilman lebih besar lagi, itu salah satu alasan mengapa Parasite bisa berkompetisi di luar negeri.

Maria Battaglia dan Zamri Mamat (Tarida Angelina/VOI)

Penghargaan 100 Tahun Federico Bellini

Yang berbeda dari tahun ini, ada dua film karya Federico Bellini yang ditayangkan di PIFF. Dalam rangka merayakan usia Bellini yang ke-100 tahun, PIFF bekerja sama dengan Istituto Italiano di Cultura menayangkan film-film milik Bellini. Dua film itu adalah La Dolce Vita (Life is Beautiful) dan 8½. Keduanya berhasil meraih penghargaan Academy Award dan menyuguhkan vibe yang berbeda.

Selain screening, PIFF juga menyiapkan pameran foto khusus film yang diarahkan oleh Paul Ronald dan dikurasi oleh Antonio Maraldi. Foto-foto ini menampilkan proses di balik layar syuting film tersebut. Para pengunjung PIFF bisa mengunjungi pameran foto ini di Level 4, Plaza Indonesia mulai hari ini hingga akhir Februari 2020.

Membawa film Bellini ke dalam festival merupakan kebanggaan karena mereka akan menayangkan film yang sudah direstorasi dan rencana ini sudah dibuat sejak tahun lalu. Maria Battaglia sebagai perwakilan dari Istituto Italiano di Cultura mengharapkan adanya kerja sama untuk film-film Italia lainnya.

Belajar Proses Film dari Ahlinya

PIFF juga menyiapkan program Movie Clinic hasil kolaborasi dengan Kinosaurus, sebuah microcinema Jakarta yang membantu kelas ini terjadi. Sebanyak enam pembicara akan berbagi tentang proses membuat film seperti Joko Anwar, Riri Riza, Mira Lesmana, Tara Basro, Chitra Subiyakto, dan Ical Tanjung. Kelas ini akan dimulai pada 21 Februari hingga 25 Februari.

Film-film yang bisa Anda saksikan di PIFF ada Mountain Song (Indonesia), House of Hummingbird (Korea Selatan), Monos (Columbia), The Science of Fictions (Indonesia), The Lighthouse, System Crasher (Jerman), Honeyland (Maedonia). Anda bisa melakukan booking melalui situs resmi Plaza Indonesia.

Peran festival film menjadi berpengaruh bagi napas industri. Yosep mengatakan, “Festival adalah ruang pertemuan dan menjadi energi bagi pembuat film.” Festival film juga menjadi tempat belajar dan bertemu dengan para pembuat film. Sampai jumpa di Plaza Indonesia Film Festival 2020.