Bagikan:

YOGYAKARTA – Saat suhu sedang dingin, flu akan merebak dan mudah terlular. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), flu biasa membuat anak-anak dan orang dewasa bolos aktivitas rutin, seperti sekolah dan kerja. Tetapi tahukah Anda bedanya pilek biasa dan flu?

Flu dan pilek bisa disebabkan oleh virus yang berbeda. Ada lebih dari 200 jenis virus yang dapat menyebabkan flu biasa, berbeda dengan virus corona dan rhinovirus. Flu familiar dikenali setelah mengalami tiga gejala, yaitu sakit tenggorokan, hidung tersumbat, batuk dan bersin. Menariknya, sekitar seperempat orang yang terinfeksi virus flu biasa tidak mengalami gejala sama sekali.

Flu berkembang dari virus influenza, yang terdapat tiga jenis, di antaranya, influenza A, influenza B, dan influenza C. Meski pilek dan flu memiliki banyak gejala, tetapi infeksi influenza cenderung dikenali dengan suhu tinggi, nyeri tubuh, keringat dingin atau menggigil. Gejala ini paling tepat untuk membedakan antara pilek dan flu.

Influenza dapat terjadi kapan saja sepanjang tahun. Tetapi sebagian besar kasus mengikuti pola musiman yang relatif dapat diprediksi. Tanda-tanda pertama aktivitas influenza, biasanya dimulai sekitar bulan Oktober. Pada bulan ini, suhu udara sedang dingin. Dalam sepanjang tahun, wabah flu dapat bertahan hingga bulan Mei. Merebaknya terjadi mulai Desember, Januari, memuncak di Februari dan Maret. Untuk negara tropis seperti di Indonesia, puncak wabah flu terjadi pada bulan-bulan lembap musim hujan.

beda pilek biasa dan flu
Ilustrasi penyebab pilek biasa dan flu (Freepik)

Beberapa teori mengungkapkan, mulai dari flu yang memengaruhi perilaku virus, seberapa baik kekebalan mengatasi infeksi, berapa banyak waktu di tempat ramai, hingga sedikitnya terpapar sinar matahari saling berkaitan. Ketika virus pilek dan flu biasa mencoba masuk ke tubuh melalui hidung. Sistem pertahanan tubuh yang canggih mengatasinya lewat mengeluarkan lendir. Dengan lendir, virus terperangkap. Belum lagi asam lambung yang bekerja menetralkan mikroba. Namun, udara dingin memperlambat kerja lendir sehingga virus dengan mudahnya menembus mekanisme pertahanan.

Masih ada satu lagi sistem pertahanan, yaitu sistem kekebalan tubuh. Fagosit, yang merupakan sel kekebalan khusus, menelan dan mencerna virus. Namun, peneliti mengungkapkan penurunan suhu udara melemahkan aktivitas pertahanan ini.

Bagaimana kaitannya dengan sinar matahari yang mengandung vitamin D? Vitamin D terlibat dalam pembentukan molekul antimikroba yang membatasi seberapa baik virus influenza bereplikasi. Penelitian dalam laboratorium ini membangkitkan kepercayaan bahwa mengonsumsi suplemen vitamin D dapat membantu mencegah flu. Ini memang teruji klinis, karena ditunjukkan bahwa anak sekolah yang mengonsumsi vitamin D3 setiap hari memiliki risiko lebih rendah tertular influenza A. Namun, belum ada uji klinis skala besar yang menyimpulkan temuan tersebut secara tegas.

Untuk melindungi diri dari terkena pilek biasa dan flu, adalah dengan teratur mencuci tangan dengan sabun dan air; tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut; dan menjauh dari orang yang sudah terinfeksi pilek maupun flu. Jika sudah tertular, pengobatan rumahan bisa dilakukan. Tetapi apabila kondisi memburuk dan kesulitan pernapasan, maka disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter.