Bagikan:

JAKARTA - Banyak orang mengalami peristiwa traumatis dalam hidup, termasuk anak-anak dan remaja. Penelitian memperkirakan, sebanyak 40 persen anak-anak dan remaja akan mengalami setidaknya satu peristiwa traumatis dalam hidup mereka. Sementara kebanyakan orang mampu "bangkit kembali" dari pengalaman traumatis dalam beberapa hari, minggu, atau bulan, anak-anak dan remaja perlu berjuang lebih lama mengatasi pengalaman dan ingatan atas trauma atau yang sering dikenal dengan istilah stres pascatrauma.

Peristiwa traumatis sering kali mencakup kekerasan fisik, kecelakaan, bencana alam, perang, atau pelecehan seksual. Anak-anak atau remaja mungkin pernah mengalami peristiwa ini sendiri, atau mereka mungkin telah menyaksikannya terjadi pada orang lain.

Setidaknya, ada empat hal yang bisa dilakukan orang tua pada anak yang mengalami stres pascatrauma. Melansir laman Psycom, Senin, 21 Maret, yaitu;

Terapi perilaku kognitif

Cognitive behavioral therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif adalah salah satu bentuk "terapi bicara" yang paling umum. Terapis dapat menggunakan trauma-focused style untuk menerapi anak maupun orang dewasa yang mengalami stres pascatrauma. 

Gaya terapi ini membantu terapis menggali identitas anak dan mengoreksi pemikiran irasional atau tidak logis yang mungkin dimiliki anak tentang trauma yang dialami atau orang dan situasi yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. CBT juga biasanya mencakup psikoedukasi tentang relaksasi dan teknik mengatasi stres.

Terapi bermain

Jenis terapi ini dapat bekerja dengan baik terutama pada anak yang berjuang untuk mengomunikasikan reaksi mereka terhadap trauma dan pemahaman tentang apa yang terjadi. Terapis menggunakan terapi seni, permainan, dan intervensi lain untuk membantu anak memproses trauma dan mengatasi kehidupan dengan tangguh.

Terapi EMDR

EMDR atau eye moment desensitization and reprocessing adalah teknik psikoterapi interaktif yang digunakan untuk meredakan stres psikologis. Ini adalah pengobatan efektif untuk trauma dan gangguan stres pascatrauma. Teknik ini diyakini bisa mengurangi dampak ingatan atau pikiran terhadap trauma.

Obat-obatan

Tidak ada obat yang “menyembuhkan” stres pascatrauma, namun terkadang obat antidepresan dan anti-kecemasan dapat membantu meringankan gejala pada beberapa anak sembari melakukan pengobatan dengan terapis.

Gejala stres pascatrauma sering terjadi bersamaan dengan jenis penyakit mental lain atau menyebabkan masalah lain pada anak, termasuk penggunaan narkoba, perilaku berisiko yang melukai diri sendiri. Masalah-masalah ini mungkin perlu ditangani dengan perawatan  tepat, juga untuk melindungi anak dan membantu mereka mencapai pemulihan penuh.