シェア:

JAKARTA - The Open Network (TON) baru saja mengumumkan langkah besar untuk memperluas ekosistemnya dengan memperkenalkan token Bitcoin sintetis yang disebut tgBTC. Inovasi ini bertujuan untuk memberikan peluang DeFi (Decentralized Finance) yang menarik bagi para penggunanya, seperti trading, staking, dan yield farming berbasis Bitcoin. Token sintetis ini akan dipatok 1:1 dengan harga Bitcoin, memastikan pengguna dapat menukar tgBTC kembali ke Bitcoin kapan saja. Namun, meskipun pengumuman ini menandai babak baru yang menjanjikan, harga TON justru turun lebih dari 3% setelah kabar ini dirilis, menambah tekanan pada nilai aset yang kini mengalami koreksi mingguan lebih dari 6%.

Pengumuman pada Kamis lalu ini menegaskan ambisi TON dalam membangun jembatan antara Bitcoin dan ekosistem DeFi miliknya. Dengan peluncuran tgBTC yang diharapkan dapat mendatangkan likuiditas sebesar 10 miliar Dolar AS (sekitar Rp157 triliun), TON ingin menggarap pasar yang lebih besar dan mengakomodasi pengguna yang ingin memanfaatkan aset Bitcoin mereka untuk peluang DeFi tanpa meninggalkan keamanan blockchain Bitcoin asli. TON sebelumnya telah sukses mengintegrasikan token USDT ke ekosistemnya, menunjukkan bahwa proyek ini serius dalam menambahkan lebih banyak utilitas bagi pengguna kripto di seluruh dunia.

Dengan tgBTC, pengguna dapat menghubungkan Bitcoin mereka ke blockchain TON melalui proses bridging, membuka berbagai fungsi seperti staking dan yield farming. Proyek ini berencana merilis mekanisme yang akan menjaga keselarasan harga tgBTC dengan Bitcoin, menjamin kestabilan yang krusial di dunia keuangan terdesentralisasi. Pengembangan ini mencerminkan tren global, di mana platform seperti Coinbase dengan cbBTC dan Kraken dengan kBTC juga telah merilis token Bitcoin sintetis.

Walaupun langkah TON tampak menjanjikan, sentimen pasar tetap bervariasi. Harga TON merosot lebih dari 3% pasca pengumuman ini, dan dalam konteks yang lebih luas, harga TON kini turun lebih dari 6% dalam seminggu terakhir. Padahal, pada tahun 2024, TON sempat mencapai puncaknya di angka 8 Dolar AS (sekitar Rp125.720) pada bulan Juni, sebelum jatuh ke level di bawah 5 Dolar AS (sekitar Rp78.575).

Beberapa analis percaya bahwa tekanan harga ini bisa saja disebabkan oleh ketidakpastian seputar peluncuran produk baru dan bagaimana pengguna akan menyerap inovasi tgBTC. Namun, investor jangka panjang tetap optimis, mengingat integrasi TON dengan Telegram yang memberikan akses ke basis pengguna global yang sangat besar. Telegram, dengan jutaan pengguna aktif, menjadi saluran strategis untuk memperkenalkan dan memperluas ekosistem TON secara lebih luas.

TON berharap bahwa tgBTC tidak hanya akan memperkaya ekosistemnya tetapi juga membantu pengguna memanfaatkan Bitcoin mereka secara lebih efisien. Konsep ini muncul di tengah meningkatnya kebutuhan akan jembatan yang aman antara blockchain Bitcoin dan platform DeFi. Pengguna yang memegang tgBTC dapat mengharapkan keuntungan melalui staking, yang dapat menghasilkan pendapatan pasif, atau dengan memanfaatkan yield farming untuk potensi penghasilan tambahan.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)