Demo Protes Kuota Kerja Kembali Ricuh, Pemerintah Bangladesh Putus Akses Internet

JAKARTA - Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa di Bangladesh terkait protes kuota pekerjaan.

Sementara pihak berwenang memutus beberapa layanan internet seluler karena bentrokan yang menewaskan enam orang dan melukai ratusan lainnya pada pekan ini tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.

Toko-toko dan kantor dibuka di ibu kota Dhaka, namun jumlah bus di jalan lebih sedikit, karena seruan penutupan nasional dari pelajar yang menuntut penghapusan kuota reservasi sebesar 30 persen tidak mendapat banyak tanggapan.

Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan para pelajar yang melempar batu yang memblokir jalan raya utama di kota pelabuhan selatan Chittagong ketika layanan seluler dihentikan di sebagian besar negara Asia Selatan.

“Internet seluler untuk sementara dihentikan karena berbagai rumor dan situasi tidak stabil yang tercipta di media sosial,” kata Zunaid Ahmed Palak, Menteri junior Teknologi Informasi, kepada wartawan dilansir Reuters, Kamis, 18 Juli.

Layanan akan dipulihkan setelah situasi kembali normal, sambungnya.

Protes tersebut merupakan tantangan signifikan pertama bagi pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina sejak ia memenangkan masa jabatan keempat berturut-turut pada bulan Januari dalam pemilu yang diboikot oleh oposisi Partai Nasionalis Bangladesh (BNP).

Marah dengan tingginya pengangguran kaum muda, dengan hampir 32 juta orang kehilangan pekerjaan atau pendidikan di antara populasi 170 juta jiwa, para pelajar mendorong penghapusan kuota reservasi 30 persen untuk keluarga pejuang kemerdekaan.

Bentrokan sporadis dilaporkan terjadi di beberapa tempat ketika para demonstran memblokir jalan-jalan raya utama.

Sementara para saksi mata mengatakan polisi antihuru-hara terlibat pertempuran sengit dengan para pengunjuk rasa di beberapa tempat di Dhaka.

Pihak berwenang sudah menutup semua universitas negeri dan swasta tanpa batas waktu mulai Rabu, 17 Juli dan mengirim polisi anti huru-hara dan pasukan paramiliter Penjaga Perbatasan ke kampus universitas untuk menjaga ketertiban.

Dalam pidatonya pada Rabu, PM Hasina berjanji pemerintahnya akan membentuk panel peradilan untuk menyelidiki kematian setelah polisi menembakkan peluru dan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa.