JAKARTA - Pengerjaan revitalisasi lapangan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) mendapat sorotan tajam. Metode penanaman rumput yang masih dikerjakan secara manual dinilai kurang efisien dan ketinggalan zaman.
Sebelumnya, proses pengerjaan rumput di SUGBK dibagikan oleh akun Instagram @Love_GBK. Dalam unggahan tersebut terlihat beberapa foto yang menunjukan para pekerja sedang melakukan revitalisasi lapangan dengan cara menanam rumput secara manual, mirip dengan petani menanam padi di sawah.
VOIR éGALEMENT:
"Mari kita lihat kondisi terkini dari Lapangan Stadion Utama GBK. Saat ini, sedang dilakukan pekerjaan revitalisasi lapangan Stadion Utama GBK (SUGBK) sebagaimana telah GBK lakukan pada tahun 2022 dalam rangka menyambut Piala Dunia U-20 tahun 2023. Pekerjaan ini dilakukan dengan melakukan revitalisasi lapisan rumput agar dapat menyesuaikan dengan iklim dan cuaca."
"Revitalisasi lapisan rumput berikut rangkaian proses di dalamnya ini melibatkan kembali stakeholder, tim, dan tenaga ahli yang telah berpengalaman dalam menangani persiapan Piala Dunia U-20."
"Proses perbaikan ini dimulai dengan pemeriksaan laboratorium, sterilisasi media tanam, leveling media tanam, penanaman rumput, proses grow-in dan perawatan intens, serta uji fungsi dan monitoring visual lapangan."
"Manajemen GBK fokus pada pemulihan lapangan SUGBK untuk mencapai level terbaik sebagai bentuk pelayanan publik kami bagi #GBKPeople," tulis pernyataan pengelola GBK di akun @love_gbk.
Proses revitalisasi itu sendiri dilakukan pihak pengelola atau Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK). Revitalisasi lapisan rumput SUGBK dikerjakan menyesuaikan iklim dan cuaca.
Namun, cara tersebut menyita perhatian masyarakat. Bahkan, pengamat sepak bola sekaligus mantan pelatih Timnas Futsal Indonesia, Justinus Lhaksana atau Coach Justin, ikut mengkritik metode penanaman rumput yang dilakukan.
Menurutnya, stadion modern seharusnya menggunakan rumput yang dapat digulung (roll) untuk memudahkan perawatan dan pemasangan. Ia pun menyentil bahwa metode yang digunakan lebih mirip seperti cara menanam padi di sawah.
"Stadion modern itu rumputnya pake roll, tinggal digelar, ini bukan sawah pake ditanam," cuit Justinus Lhaksana seperti dikutip dari akun Twitter @CoachJustinL pada Kamis, 26 Juni 2024.
Bukan cuma itu, Coach Justin juga menyinggung soal kinerja manajemen PPKGBK yang diketahui sempat melakukan studi banding ke luar negeri. Ia menyebut bahwa agenda yang telah dilakukan itu mestinya bisa membuat manajemen lebih kritis dan berkembang terhadap penanaman rumput secara standar stadion modern.
"Bukannya manajemen GBK pernah ke luar negeri untuk studi banding? Hadeeehhhhhhh," tambah Justinus Lhaksana.
Metode serupa pernah dilakukan pada 2022 untuk menyambut Piala Dunia U-20 2023.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)