GIANYAR - Sebanyak 30 remaja disabilitas di Bali mendapat kesempatan mengikuti upacara metatah massal secara gratis atau dikenal dengan prosesi potong gigi bagi anak yang sudah beranjak dewasa dalam agama Hindu.
Salah satu orang tua dari peserta upacara metatah bernama I Made Warja mengaku senang dan tidak menyangka kalau putranya, I Kadek Agus Dharmayoga, bisa melaksanakan upacara metatah.
"Rasanya sulit kalau digelar di rumah, syukur ada acara metatah ini, Kadek sangat senang ketika mengetahui akan metatah bersama teman sesama penyandang disabilitas," kata dia di Kabupaten Gianyar, Bali, Senin.
Diketahui biaya untuk melaksanakan upacara ini tidak sedikit, apalagi remaja yang diikutsertakan adalah disabilitas fisik dan mental yang membutuhkan perhatian lebih ketika diminta mengikuti sebuah kegiatan.
VOIR éGALEMENT:
Selain senang, Warja juga terharu karena dengan riasan adat Bali sang putra yang berusia 18 tahun dan sedang menempuh pendidikan di SMKN 1 Sukawati Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) itu terlihat rupawan saat didampingi naik ke atas balai upacara.
Ketua Pengurus Yayasan Peduli Kemanusiaan Bali Elsye Suryawan mengatakan 30 penyandang disabilitas yang diikutsertakan dalam upacara metatah massal berasal dari Gianyar dan Tabanan.
Mereka sudah dibimbing dan diberi bantuan terapi oleh yayasan sejak usia 5-7 tahun, namun sayangnya hingga remaja orang tua mereka belum dapat melakukan upacara metatah.
“Banyak orang tua yang merasa senasib sepenanggungan, bersama komunitas orang tua, akhirnya disetujui disepakati untuk metatah bersama-sama, karena biasanya kalau ikut metatah massal pada umumnya (non disabilitas) anak-anak ini agak susah mengikuti," ujar Elsye.
Dalam kegiatan ini, yayasan mendapat bantuan penyelenggaraan dari Taman Prakerti Buana, yaitu sebuah lokasi yang didesain untuk kegiatan-kegiatan keagamaan, sehingga umat Hindu yang memiliki keterbatasan lokasi penyelenggaraan dapat menyewa tempat tersebut.
Pemilik Taman Prakerti Buana Ida Bagus Mangku Adi Supartha mengatakan upacara metatah massal khusus penyandang disabilitas ini merupakan bagian dari pelayanan umat.
Kepada media ia bercerita bahwa kegiatan ini terwujud bermula dari permintaan beberapa orang tua penyandang disabilitas yang berkeinginan untuk menunaikan tugasnya kepada buah hati.
Akhirnya Mangku Adi menjalin komunikasi dengan Yayasan Peduli Kemanusiaan Bali untuk menghimpun lebih banyak peserta, agar upacara yang bertujuan baik ini dapat bermanfaat bagi lebih banyak orang.
"Tentu kita berharap prosesi sakral pengendalian sad ripu ini dapat memutus kendala serupa pada generasi berikutnya, jangan sampai kembali dialami keturunannya," kata dia berharap.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)