Partager:

GIANYAR - Pasangan bule Polandia, Karol Grabinski (40) dan Barbara Karina Walczak (25) dideportasi dari Bali. Pasangan bule ini dideportasi karena melawan pecalang saat mendirikan tenda saat Hari Raya Nyepi di Pantai Purnama, Sukawati, Gianyar, Bali.

Kepala Bidang Intelijen Dan Penindakan Keimigrasian Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) Bali, Anak Agung Bagus Narayana, mengatakan pasangan bule itu dideportasi besok, Sabtu, 25 Maret.

"Dua orang WNA ini, diduga mengganggu ketertiban umum dan tidak mentaati peraturan Perundangan-undangan pada saat Hari Raya Nyepi," kata Narayana, Kantor Imigrasi Kelas I TPI Denpasar, Bali, Jumat, 24 Maret.

Kedua WNA ini bakal diberangkatkan dari Bandara Ngurah Rai menuju Soekarno-Hatta untuk penerbangan menuju Polandia.

Dari data Imigrasi, bule Polandia ini menggunakan izin kunjungan Visa On Arrival per 28 Februari lewat Dumai, Kepulauan Riau.

"Adapun hasil pemeriksaan, menurut yang bersangkutan mengetahui bahwa bahwa ada Hari Raya Nyepi dan sudah paham apa yang menjadi ketentuan di Hari Raya Nyepi tersebut," imbuhnya.

Kedua bule ini ditindak karena melanggar Pasal 75 ayat 1 UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasiaan.

"Jadi dikenakan tindakan administratif keimigrasian salah satunya adalah pendeportasian," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Intelijen dan Penindakan Keimigrasian (Kasi Inteldakim) Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Denpasar Iqbal Rifai mengatakan pasangan bule ini merupakan backpacker.

"Ketika mereka keluar dari negaranya, mereka naik kendaraan dengan menumpang dengan orang lain. Bagaimana, caranya mereka sampai ke Indonesia, dan itupun dia melalui laut dari daratan Sumatera sampai Bali, dia menggunakan angkutan umum yang biayanya sangat minim," ujarnya.

Sementara, motif mendirikan tenda untuk berhemat dan tidak membayar penginapan selama berada di Pulau Bali.

"Mereka itu bagaimana caranya seminimal mungkin untuk berwisata tanpa menghindarkan aturan adat yang berlaku. 

Mereka berasalan dengan pihak pecalang dan pihak Desa Adat setempat, bahwa mereka berdiam diri seperti menyepi di tenda padahal bukan itu sebenarnya, mereka hanya turis minimalis," jelasnya.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)