JAKARTA - Memasok senjata untuk Ukraina guna mempertahankan diri dari agresi Rusia, secara moral sah bagi negara-negara di dunia, menurut Paus Fransiskus.
Berbicara kepada wartawan di atas pesawat yang kembali dari perjalanan tiga hari ke Kazakhstan, Paus Fransiskus juga mendesak Kyiv untuk terbuka pada dialog, meskipun mungkin akan sulit bagi pihak Ukraina.
Dalam konferensi pers di udara selama 45 menit, seorang reporter bertanya apakah secara moral benar bagi negara-negara, untuk mengirim senjata ke Ukraina.
"Ini adalah keputusan politik yang dapat bermoral, dapat diterima secara moral, jika dilakukan dalam kondisi moralitas," jawab Paus, melansir Reuters 16 September.
Dia menguraikan prinsip-prinsip 'Perang Adil' Gereja Katolik Roma, yang memungkinkan penggunaan proporsional senjata mematikan untuk pertahanan diri melawan negara agresor.
"Pembelaan diri itu tidak hanya sah tetapi juga ekspresi cinta tanah air. Seseorang yang tidak membela diri, yang tidak membela sesuatu, tidak menyukainya. Yang membela (sesuatu) menyukainya," papar Paus.
Menjelaskan perbedaan antara ketika itu bermoral atau tidak bermoral untuk memasok senjata ke negara lain, Paus Fransiskus berkata:
"Ini bisa menjadi tidak bermoral jika niatnya adalah memprovokasi lebih banyak perang, atau untuk menjual senjata atau membuang senjata yang (suatu negara) tidak butuhkan lagi. Motivasi adalah apa yang sebagian besar memenuhi moralitas tindakan ini," paparnya.
Paus juga ditanya apakah Ukraina harus bernegosiasi dengan negara yang menginvasinya?
"Selalu sulit untuk memahami dialog dengan negara-negara yang telah memulai perang, itu sulit tetapi tidak boleh dibuang," tandasnya.
"Saya tidak akan mengecualikan dialog dengan kekuatan apa pun yang sedang berperang, bahkan jika itu dengan agresor. Terkadang Anda harus melakukan dialog seperti ini. Itu 'bau', tetapi harus dilakukan," tukasnya.
Paus menggunakan kata Italia "puzza" (bau atau bau), bahasa sehari-hari yang setara dengan bahasa Inggris 'menahan hidung' untuk menggambarkan melakukan sesuatu yang seseorang tidak ingin melakukannya.
另请阅读:
"Itu (dialog) selalu merupakan langkah maju, dengan tangan terulur, selalu. Karena jika tidak, kita menutup satu-satunya pintu perdamaian yang masuk akal," jelas Paus Fransiskus.
"Kadang-kadang mereka (agresor) tidak menerima dialog. Sayang sekali. Tapi dialog harus selalu dilakukan, atau setidaknya ditawarkan. Dan ini baik bagi mereka yang menawarkannya," pungkasnya.
Diketahui, perang di Ukraina, yang diserbu Rusia pada 24 Februari, menjadi latar belakang kunjungan paus ke Kazakhstan, di mana ia menghadiri kongres para pemimpin agama dari seluruh dunia.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)