Airlangga Perkuat Sinergi Indonesia dan India Dorong Pertumbuhan Ekonomi

JAKARTA - Pemerintah Indonesia terus memperkuat kerja sama bilateral dengan berbagai negara termasuk dengan India, sebagai bagian dari upaya memperluas pasar dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan penguatan ekonomi internasional dilakukan, untuk memaksimalkan potensi ekonomi Indonesia yang diprediksi tumbuh 5 persen pada tahun 2024 dan 5,2 persen pada tahun 2025.

Airlangga menyampaikan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan mencapai 8 persen pada tahun 2029. Menilik capaian selama tahun 1986 hingga 1997, Indonesia bahkan mampu tumbuh sebesar 8,2 persen pada tahun 1995 dengan kondisi ICOR Indonesia sekitar 4 persen.

"Untuk mencapai target pertumbuhan antara 5,2 persen hingga 8 persen dalam lima tahun ke depan, Pemerintah melakukan transformasi ekonomi melalui hilirisasi industri, penguatan ekonomi digital, pengembangan ekonomi baru seperti ekosistem semikonduktor, serta transisi energi," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Minggu, 8 Desember.

Airlangga menegaskan untuk mencapai target pertumbuhan tersebut diperlukan pendanaan untuk melaksanakan program pembangunan dan investasi menjadi kunci untuk mendanai pembangunan.

"Indonesia akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk optimalisasi infrastruktur untuk mengurangi ICOR sehingga investasi dan produktivitas akan menjadi sektor utama,” ungkap Airlangga.

Untuk diketahui India merupakan salah satu mitra dagang Indonesia dan pada 2023, nilai perdagangan kedua negara mencapai 27 miliar dolar AS, tumbuh 20 persen per tahun.

Airlangga berharap kerja sama ekonomi ini dapat berlanjut dan mencakup berbagai sektor seperti sektor digital, UMKM, kesehatan, termasuk pengembangan vaksin dan produk farmasi, telekomunikasi, hingga sektor strategis lainnya.

“Bagi Indonesia, India merupakan mitra strategis tidak hanya dalam perdagangan tetapi juga dalam investasi. Indonesia perlu membangun jembatan dengan India yang menghubungkan antara made in Indonesia dan made in India,” kata Airlangga.

Airlangga menjelaskan bahwa melalui nilai tambah manufaktur dan hilirisasi mampu meningkatkan pertumbuhan di kawasan. Dimana saat ini Indonesia memiliki Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan 22 sektor yang berada di KEK dan 7 sektor sedang dalam proses, untuk hilirisasi, pendirian health center, pusat pendidikan, serta pusat data digital.

Selain itu, Airlangga menjelaskan bahwa ekspor nikel Indonesia meningkat dari 4 miliar dolar AS pada tahun 2015 menjadi mendekati 35 miliar dolar AS pada tahun 2023.

“Jadi, pembelajaran dari hilirisasi nikel ini juga bisa dikembangkan pada komoditas lain termasuk sektor pertanian. Indonesia merupakan penghasil minyak sawit atau minyak nabati terbesar di dunia dengan produksi sekitar 50 juta ton per tahun,” ungkap Airlangga.

Perlambatan ekonomi di beberapa negara mitra, seperti Tiongkok, berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun Airlangga mengakatan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih kuat.

Menurut Airlangga rendahnya inflasi Indonesia sebesar 1,71 persen year-on-year mencerminkan efektivitas kebijakan Pemerintah dalam menjaga stabilitas harga dan juga daya beli masyarakat. Rasio utang Indonesia juga kurang dari 40 persen PDB.

Melihat fundamental ekonomi Indonesia yang kuat tersebut Airlangga dalam India-Indonesia Synergy Investment Forum mendorong kemitraan Indonesia-India untuk memeprkuat ekonomi demi kesejahteraan masyarakat kedua negara.

“Mari kita manfaatkan kesempatan yang ada untuk memperkuat kemitraan kita lebih lanjut dan menciptakan masa depan yang sejahtera bagi masyarakat kita,” pungkas Airlangga.