BULELENG - Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng, Bali, Ida Bagus Gde Surya Bharata menerangkan soal ratusan siswa bisa lolos dari tingkat Sekolah Dasar (SD) ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Buleleng, walupun belum bisa membaca.
Bharata mengatakan salah satunya karena saat itu kondisinya pandemi COVID-19 sehingga tidak dilakukan tes siswa yang lulus dari SD.
"Kalau dilihat dari mekanisme pembelajaran itu, kan kita ada kurikulum itu dengan fase. Kemudian, kondisi yang saat ini juga itu perlu dimaklumi bahwa mereka itu ada yang terdampak Covid-19 kemarin. Jadi pada SMP kelas 7, 8 dan 9 kan tiga tahun, kalau ditarik ke belakang mereka kan kena (dampak) COVID-19 di saat itu. Itulah dampak sebagian kecil," kata Bharata, Rabu, 16 April.
Selain itu, ada juga sebagian siswa yang mengalami disleksia bawaan sejak lahir.
"Ini yang perlu kita lakukan pengecekan, arahan dari pimpinan itu nanti kita akan mempetakan kembali penyebab-penyebab dari 363 siswa ini seperti apa. Apa memang kelainan dari sisi kebutuhan layanan tinggal, kita treatmentnnya seperti itu," ujarnya.
"Siswa yang masuk ke sekolah tahun sebelum ini, itu sekolah tidak bisa memilih ataupun menyeleksi siswa yang bersekolah. Karena apapun kondisi siswa itu harus diterima saat PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) kemarin, sekolah tidak boleh menolak siswa," papar Bharata.
Setelah diketahui ada siswa masuk kategori Tidak Bisa Membaca (TBM) dan Tidak Lancar Membaca (TLM), pihak sekolah SMP di Kabupaten Buleleng, melakukan inovasi untuk mengatasi hal itu dengan membuat kelas khusus dengan membuat program literasi termasuk melakukan pendampingan kepada para siswa secara personal.
SEE ALSO:
Disdikpora Kabupaten Buleleng, Bali, mencatat sebanyak 363 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tidak lancar membaca ataupun tidak bisa membaca, baik dari sekolah swasta maupun negeri di Kabupaten Buleleng.
Sekretaris Disdikpora Kabupaten Buleleng Ida Bagus Gde Surya Bharata mengatakan, dari 363 siswa itu terbagi dua kategori.
Sebanyak 155 siswa SMP masuk dalam kategori Tidak Bisa Membaca (TBM) dan 208 siswa masuk kategori Tidak Lancar Membaca (TLM).
Dari 363 siswa itu ada siswa laki-laki sebanyak 283 orang dan siswa perempuan 73 orang.
"Kalau data yang sudah kami kumpulkan dari berbagai sekolah yang dibawa kewenangan kita ada terdata 363 siswa. Kategori ada dua itu yang tidak lancar membaca dan tidak bisa membaca," kata Bharata, Rabu, 16 April.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)