PALANGKA RAYA - Kepolisian Resor Kota (Polresta) Palangka Raya, Kalimantan Tengah mengatakan motif seorang santri yang masih di bawah umur membunuh ustazahnya di di pondok pesantren yang berada di daerah setempat, ternyata akibat dendam dihukum.

Kapolresta Palangka Raya Kombes Budi Santosa mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap pelaku berumur 13 tahun itu nekat menghabisi ustadzahnya berinisial STN (35) karena dendam karena dirinya diberi hukuman dengan cara dijemur di bawah terik matahari.

"Pada saat dilakukan pemeriksaan, pelaku mengakui semua apa yang dilakukannya," kata Budi Santosa di Palangka Raya dilansir ANTARA, Kamis, 16 Mei.

Peristiwa tersebut bermula pada saat pelaku dihukum menyalin dua juz al'quran akibat ketahuan keluar dari lingkungan pondok pesantren oleh ustaznya.

Kemudian setelah pelaku menyalin dua juz al'quran di dalam masjid di lingkungan pondok pesantren tersebut, pelaku kemudian secara tiba-tiba teringat dendamnya terhadap ustazah STN yang pernah menghukumnya berjemur di bawah terik matahari.

"Dengan penuh rasa dendam, pelaku kemudian mendatangi kediaman korban yang juga berada di lingkungan pondok pesantren," katanya.

Budi mengungkapkan, pelaku masuk ke dalam rumah korban melalui jendela depan rumah rumah korban yang pada saat kejadian dalam keadaan tidak terkunci.

Setelah berhasil masuk, pelaku mengambil senjata tajam jenis pisau dan masuk ke dalam kamar korban hingga langsung menikam korban di bagian wajah, dada, leher serta bagian lengan kanan dan kiri hingga korban akhirnya meninggal dunia.

"Total luka tusukan yang ada di wajah dan tubuh korban lebih dari lima tusukan," beber Kapolresta Palangka Raya.

Kini pelaku dijerat dengan Pasal 338 KUHPidana tentang pembunuhan jo Pasal 351 KUHPidana ayat 3, dengan ancaman 15 tahun penjara.

Selain itu karena usia pelaku yang masih 13 tahun, Polresta Palangka Raya menerapkan Undang-Undang Peradilan Anak, sehingga pelaku tidak dilakukan penahanan namun dilakukan wajib lapor.

"Saat ini kami masih melakukan pendalaman terkait kasus ini," kata Budi Santosa.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)