JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini tengah dilema untuk memutuskan perlu atau tidaknya melakukan reshuffle terhadap menterinya di Kabinet Indonesia Maju.
Penilaian ini disampaikan Andreas karena hingga saat ini, Jokowi belum melaksanakan perombakan meski dia berulangkali menyinggung menterinya yang dianggap lamban dalam menangani krisis di tengah pandemi COVID-19.
"Mungkin presiden masih sedang menimbang. Dilema, apakah dengan reshufle situasi akan membaik, atau malah memburuk," kata Andreas kepada VOI, Selasa, 4 Agustus.
Sebagai sosok yang pekerja keras dan serius bekerja untuk rakyat, Andreas mengatakan, tentunya Presiden Jokowi tidak akan mempertaruhkan apapun sebelum memutuskan untuk melakukan reshuffle kabinet. "Tentu presiden tidak hendak gambling dan semua aspek perlu dihitung," tegasnya.
Lebih lanjut, Andreas menilai wajar jika Presiden Jokowi kemudian kembali marah dan menyindir para pembantunya yang dianggap bekerja biasa saja tanpa aura krisis. Sebab, semua langkah untuk mempercepat kinerja di tengah pandemi COVID-19 ini sudah dilakukan.
"Perppu sudah dibuat, anggaran sudah diputuskan, organisasi task force dibentuk kemudian dirombak dan diganti dengan organisasi task force baru, lembaga negara yang tidak efektif sudah dibubarkan," ujarnya.
"Presiden ingin penanggulangan situasi ini berjalan efektif dan cepat namun perubahan signifikan menuju perbaikan belum tampak. Presiden pun kembali marah, menyindir, menyentil para pembantunya," imbuh anggota DPR RI ini.
SEE ALSO:
Diketahui, Presiden Jokowi telah berkali-kali menunjukkan kekesalannya kepada para menterinya. Terbaru, dalam rapat terbatas penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Jokowi menyentil menterinya karena menganggap realisasi anggaran stimulus untuk penanganan COVID-19 masih rendah.
Dari Rp695 triliun untuk stimulus penanganan COVID-19, Jokowi mengatakan baru 20 persen saja yang terealisasi. "Rp141 triliun yang terealisasi. Sekali lagi, baru 20 persen masih kecil sekali," tegasnya di hadapan menterinya, Senin, 3 Agustus.
Selain itu, Jokowi menyinggung kinerja menteri yang dinilai masih tak paham prioritas penanganan COVID-19. "Di kementerian, di lembaga, aura krisisnya betul-betul belum, ya, belum masih sekali lagi kejebak pada pekerjaan harian. Enggak tahu prioritas yang harus dikerjakan," ujarnya.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)