JAKARTA - Sampah sisa makanan atau food waste menjadi salah satu permasalahan lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Selain berkontribusi pada peningkatan jumlah sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), food waste juga berdampak besar terhadap perubahan iklim.

Limbah makanan yang membusuk di tempat pembuangan menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang lebih berbahaya dibandingkan karbon dioksida.

Selain itu, makanan yang terbuang sia-sia juga mencerminkan pemborosan sumber daya seperti air, lahan, dan energi yang digunakan dalam proses produksi hingga distribusi.

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menekankan salah satu cara efektif untuk mengurangi sampah makanan adalah dengan menghabiskan makanan sehingga tidak berakhir di TPA.

Dalam diskusi daring yang dipantau dari Jakarta pada Selasa, Penyuluh Lingkungan Direktorat Penanganan Sampah KLH, Agus Puyi, menjelaskan pihaknya telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 02 Tahun 2024 tentang Gerakan Gaya Hidup Sadar Sampah. Edaran ini bertujuan mengingatkan masyarakat akan pentingnya perubahan gaya hidup dalam mengurangi timbulan sampah, termasuk food waste.

"Dalam surat edaran itu terdapat berbagai langkah yang bisa dilakukan, mulai dari mencegah sampah sejak awal, belanja tanpa kemasan, memilah sampah dari rumah, dan yang paling sederhana adalah menghabiskan makanan," ujar Agus, seperti dikutip ANTARA.

Ia menambahkan dalam SE yang ditandatangani Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq tersebut, dijelaskan sekitar 50 hingga 60 persen dari total sampah yang dihasilkan di Indonesia adalah sampah organik, termasuk sisa makanan.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) milik KLH, sepanjang tahun 2024 tercatat 33,34 juta ton timbulan sampah yang dilaporkan oleh 307 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Dari jumlah tersebut, 39,41 persen merupakan sisa makanan alias food waste, menjadikannya jenis sampah terbesar, diikuti oleh sampah plastik yang mencakup 19,55 persen dari total sampah.

Selain itu, Indonesia tercatat sebagai salah satu dari lima negara dengan jumlah sampah makanan terbesar di dunia. Menurut laporan United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Food Waste Index 2021, Indonesia menghasilkan sekitar 20,9 juta ton sampah sisa makanan setiap tahunnya.

"Hal-hal kecil seperti menghabiskan makanan mungkin terlihat sepele, tetapi jika dilakukan secara kolektif, dampaknya terhadap lingkungan akan sangat signifikan," jelas Agus.

Ia menekankan kebiasaan sederhana seperti tidak menyisakan makanan dapat membantu mengurangi beban lingkungan dan meringankan tekanan terhadap ratusan TPA yang tersebar di seluruh Indonesia.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)