JAKARTA – Nobody’s perfect mungkin benar adanya, namun bawaan punya kebiasaan perfeksionis juga tak keliru. Sikap perfeksionis misalnya, butuh waktu lama untuk memilih sebab tak mau ada yang terlewat. Padahal secara psikologis menyadari ketidaksempurnaan diri itu lebih menggembirakan.
Perfeksionis seringkali merusak produktivitas atau disebut sebagai biang self-sabotaging, seperti diungkapkan oleh Meg Selig dalam Nine Joys of Being Imperfect dipublikasikan di Psychology Today. Selig menerangkan bahwa, ketidaksempurnaan atau imperfek itu menyenangkan.
Menurutnya, menyadari tidak sempurna bisa mendapatkan 8 kegembiraan di bawah ini.
Tidak buang-buang waktu
Menyusun sebuah proyek secara sempurna membutuhkan energi besar. Seringkali banyak orang mengalami energi habis sebelum proyek dimulai. Alih-alih sempurna, memulai langkah pertama tanpa menunda-nunda akan lebih efektif.
Berdasarkan pengalaman Meg Selig, langkah pertama tidak ada yang sempurna kecuali dilakukan oleh orang jenius. Karena menyadari kemampuan diri, maka tanpa menunda dan memperbaiki setelah mendapat evaluasi akan berefek positif.
Pekerjaan selesai lebih cepat
Ragu-ragu dan terlalu banyak pertimbangan memperlama pekerjaan selesai. Pada prinsipnya, agar selesai lebih cepat pakailah strategi seperti belanja. Jika ada ratusan produk dari satu item yang perlu dibeli, pilihlah sesuai fungsi.
Dinilai bagus tidaknya setelah pekerjaan selesai
Koreksi akan diberikan setelah pekerjaan selesai, jika belum selesai karena rumit mengejar kesempurnaan, pekerjaan akan memakan waktu lama. Beban akan terasa lebih ringan saat menyelesaikan tugas dulu baru memperbaikinya berdasarkan evaluasi.
SEE ALSO:
Mengkritisi diri sendiri itu buruk
Mengkritisi diri sendiri sering dikenal dengan self-sabotaging. Setiap ide atau gagasan dikritisi, bukan oleh orang lain tapi diri sendiri. Cukup menyedihkan bukan ketika dikejar deadline tetapi sudah capek karena negative self talk?
Membangun kepercayaan diri
Ketika belajar meminimalisir negative self talk maka Anda akan merasa lebih tenang. Setiap pencapaian akan terasa membanggakan dan memuaskan. Positifnya lagi, kepercayaan diri akan datang dari dalam diri.
Lebih mudah menerima diri sendiri
Masih tentang diri sendiri, dengan tidak perfeksionis Anda bisa lebih bebas menerima diri sendiri. Alih-alih terpuruk karena melakukan kesalahan, Anda justru bisa menertawakan keanehan atau kesalahan kecil.
Meninggalkan dualisme: sempurna atau tidak sama sekali
Mengerjakan dengan sempurna atau meninggalkannya merupakan dualisme yang membuat tertekan dan tidak bahagia. Perfeksionis memang baik, namun lagi-lagi berisiko menyabotase ide dan menyerah dalam merealisasikannya, akhirnya menumpuk jadi hantu pikiran.
Ukuran diri bukan orang lain
Seperti halnya penampilan, terlihat sempurna akan mengesankan. Sebenarnya, yang terpenting adalah membuat diri sendiri merasa nyaman. Jangan sampai mengejar kesempurnaan hanya untuk membuat orang lain terkesan.
Pada poin terakhir ini, tentang mengenali kapasitas diri. Menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna atau sesuai ukuran tanpa menyiksa diri adalah pilihan bebas, mana yang jadi kebiasaan Anda?
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)