JAKARTA - Pemerintah RI memutuskan untuk tidak melakukan impor lagi terhadap sejumlah komoditas pangan pada 2025. Ada empat komoditas yang dimaksud, yakni beras, garam konsumsi, gula konsumsi dan jagung.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan atau Zulhas dalam sambutannya pada acara IMFBF 2024: Blue Food Competent Authority Dialogue di Jakarta, Selasa, 10 Desember.
"Kami meyakini ada beberapa produk yang tahun 2025 tidak perlu impor lagi. Ternyata, di mana ada kemauan di situ ada jalan, di mana ada kesungguhan di situ Tuhan kasih kami jalan," ujar Zulhas.
Zulhas bilang, untuk komoditas beras secara umum, Pemerintah RI memutuskan untuk tidak melakukan impor lagi di 2025.
Namun, kata dia, beras yang untuk kebutuhan restoran atau lainnya masih akan ada sedikit impor. Sebab, Indonesia belum mampu memproduksi sepenuhnya.
"Sudah kami putuskan tahun depan Kami tidak akan impor beras lagi. Apakah tidak ada (impor) yang lainnya? Ada, itu beras yang dimakan Pak Wamen biasanya kalau ke restoran Jepang itu impornya masih ada dikit-dikit," ucap dia.
"Pembicara-pembicara biasanya kalau suka beras mati, kami tidak bisa bikin itu ada (impor). Tapi, sedikit. Jadi, beras-beras restoran biasanya itu masih ada sedikit (impor). Tapi, beras yang biasa kami impor tahun lalu hampir 3 juta lebih, tahun ini kami tidak akan impor lagi," sambungnya.
Untuk komoditas kedua, yakni garam konsumsi. Zulhas mengatakan, RI belum bisa menyetop impor garam industri. Sebab, kata dia, Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono meminta waktu dua tahun untuk penyelesaian masalah tersebut.
"Pak Menteri (Sakti Wahyu Trenggono) yang mengatakan kalau Australia bisa, kalau tempat lain bisa, kenapa kami tidak bisa. Garam industri itu, kan, ada alatnya, ada mesinnya untuk bikin. Kalau orang bisa bikin, masa kami tidak bisa. Jadi, memang sekali lagi di mana ada kemauan biasanya jalannya ada," kata Zulhas.
Komoditas ketiga ada gula konsumsi. Menurut Zulhas, melalui kolaborasi bersama, kini RI sudah bisa meningkatkan produktivitas gula, dari 2,4 juta ton pada tahun ini menjadi 2,6 juta ton di 2025 mendatang.
"Melalui peningkatan produktivitas, saya bersama Dirut PTPN dan Dirut Tebu Gula meninjau beberapa lokasi. Alhamdulillah, sekarang sudah mulai mengembangkan paritas-paritas baru, meningkatkan sistem tanam menyesuaikan dengan waktu. Tahun 2024 produktivitasnya dari 2,2 juta ton meningkat menjadi 2,4 juta ton. Tahun depan diperkirakan kami akan produksi 2,6 juta ton," ungkap Zulhas.
"Oleh karena itu, kami juga sudah rapat kemarin. Kami putuskan insyaallah tahun depan Indonesia tidak akan impor gula untuk konsumsi," tambahnya.
Sementara untuk komoditas keempat ada jagung. Zulhas menjelaskan, pada tahun lalu RI sempat mengimpor sekitar 1,8 juga ton jagung untuk industri.
Lalu, saat mengadakan rapat koordinasi terbatas (Rakortas) dengan Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono belum lama ini, Zulhas sempat menanyakan apa perbedaan antara jagung konsumsi dan jagung untuk industri.
Zulhas pun mendapatkan jawaban bahwa keduanya hanya berbeda pada cara metiknya saja.
"Sama ternyata. Jagungnya itu juga, bibitnya sama. Cuma beda cara metiknya saja. Metiknya bagus, pengeringannya bagus, yang tidak ada kandungan aflatoksin," sebut Zulhas.
Oleh karena itu, kata Zulhas, pihaknya mengajak KKP untuk membuat lahan pertanian jagung.
SEE ALSO:
"Oleh karena itu saya bilang, Mas Trenggono kalau gitu kami bikin saja. Minta PTPN 300 hektare, tanam jagung itu. PTPN tanahnya banyak di sini. Kami tanam, bibitnya dari pertanian, kami beli silo untuk mengeringkan dengan bagus. Kasih percontohan, masa nggak bisa? Kalau yang lain bisa, masa kami nggak bisa?" tutur Zulhas.
"Oleh karena itu, kami tahun depan sudah memutuskan tidak akan impor lagi jagung untuk konsumsi," tambahnya.
Lebih lanjut, Zulhas bilang, pemerintah akan tetap melakukan impor jagung untuk industri. Namun, kata dia, nantinya RI hanya akan mengimpor 900.000 ton saja dari kebutuhan sebanyak 1,8 juta ton.
"Untuk industri dari 1,8 juta ton, kami memberanikan diri impor separuh jadi 900.000 (ton). Yang 900.000 kami akan coba melatih petani memanen dan mengeringkan dengan baik," jelas Zulhas.
"Itu antara lain untuk jangka pendek yang kami lakukan, karena tidak ada tawar menawar Presiden (Prabowo) sudah memerintahkan swasembada pangan selambat-lambatnya 2027," pungkasnya.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)