Reksa Dana Pasar Uang Bakal Menarik di 2023

JAKARTA - Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) menyatakan reksa dana pasar uang berpotensi jadi instrumen investasi yang menarik di tengah ancaman resesi 2023.

Ketua Departemen Manajemen Aftech Claudia Kolonas mengatakan, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sudah cukup tinggi. Hal ini membuat investasi yang menghasilkan yield to maturity.

"(Momentum ini) bagus untuk portofolio dan diversification,” ujar Claudia mengutip antara, Rabu, 15 Februari.

Adapun, suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) saat ini berada di level 5,75 persen, yang diperkirakan akan dinaikkan lagi sebesar 25 basis poin pada Februari 2023.

Dirinya melanjutkan, instrumen obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) juga layak dipertimbangkan oleh para investor pada semester II-2023 seiring dengan stabilnya imbal hasil atau yield SBN pemerintah.

Terkait investasi di instrumen saham, menurut dia volatilitas pasar masih akan tinggi pada semester II- 2023.

Namun, dirinya memperkirakan faktor fundamental ekonomi, pelonggaran kegiatan masyarakat, serta menjelang tahun politik 2024 bisa mempengaruhi pergerakan saham di pasar modal Indonesia.

“Karena ada faktor politik yang akan menjadi poin penting di 2023 dan 2024,” ujar Claudia.

Di sisi lain, Ia mengingatkan pelaku pasar keuangan dalam negeri tetap memperhatikan arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed dalam beberapa waktu ke depan.

Dengan masih kuatnya data ketenagakerjaan AS, ada kekhawatiran bahwa The Fed masih akan menaikkan Fed Fund Rate (FFR) lagi.

“Kalau Fed meningkatkan bunga, dana akan cenderung kesana dibandingkan Indonesia, suku bunga lebih meningkat luar negeri,” ujar Claudia.

Dengan demikian, Ia berharap para pemangku kebijakan untuk mendukung inovasi keuangan digital sebagai upaya mendorong pemulihan ekonomi nasional (PEN) pada tahun 2023.

Selain itu, juga mendorong perkembangan perekonomian dan sektor keuangan melalui implementasi Undang- Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).

Ia mengatakan UU P2SK bisa berperan penting untuk memperkuat investor ritel, sehingga kenaikan suku bunga acuan luar negeri bisa tidak terlalu berdampak terhadap pasar modal Indonesia,

Menurutnya, katalis positif yang akan mendorong investasi di dalam negeri pada 2023 di antaranya pertumbuhan ekonomi domestik, surplus dari ekspor komoditas, serta tahun politik untuk persiapan Pemilu 2024.

“Surplus ini akan menjadi katalis yang mendorong untuk ekonomi di Indonesia,” ujar Claudia.