Segudang Pekerjaan Diplomatik Menanti Joe Biden Bila Jadi Presiden AS, Apa Saja?
JAKARTA - Partai Demokrat resmi mengusung Joe Biden dan Kamala Harris sebagai calon presiden dan wakil presiden untuk Pemilu AS November nanti. Segudang pekerjaan rumah menyangkut hubungan diplomatik menanti mereka. Pasalnya tak sedikiti hubungan diplomatik yang renggang akibat pemerintahan presiden AS sekarang. Apa saja?
Dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat kemarin, Biden menyampaikan permasalahan besar yang sedang dialami negaranya. Ia mengatakan di era presiden sekarang, AS seolah berada dalam kegelapan. Dan ia berjanji akan membawa solusi untuk masalah tersebut.
“Presiden saat ini telah terlalu lama menyelubungi Amerika dalam kegelapan. Terlalu banyak amarah. Terlalu banyak ketakutan. Terlalu banyak perpecahan,” kata Biden. "Di sini dan sekarang, saya berjanji: jika anda mempercayakan saya sebagai presiden, saya akan memanfaatkan yang terbaik dari kita, bukan yang terburuk."
Melansir Reuters, Jumat 21 Agustus, pidato yang disampaikan Biden pada konvensi virutal tersebut merupakan puncak dari hampir lima dekade karier politiknya. Ia menyampaikan pidato tersebut di kampung halamannya, Wilmington, Delaware.
Menggambarkan momen saat ini sebagai salah satu masa tersulit yang pernah dihadapi negara, Biden menawarkan dirinya sebagai pemersatu yang akan bekerja keras untuk AS, bahkan untuk mereka yang tidak mendukungnya. Kontras dengan perkataan Donald Trump yang hanya akan fokus pada basis pemilihnya.
Biden memimpin jajak pendapat atas Trump yang akan gelar konvensi Partai Republik minggu depan. Trump telah berkampanye di seluruh negeri untuk menawarkan program tandingan Biden, sebuah pemutusan tradisi di mana kandidat membatasi aktivitas mereka selama konvensi lawan.
Harapan Hubungan Diplomatik
Apabila Biden berhasil memenangi Pemilu, segudang pekerjaan rumah dalam urusan diplomatik menunggunya. Pasalnya, tak sedikiti kekacauan hubungan diplomatik yang diakibatkan pemerintahan Trump.
Penasihat Joe Biden, mengatakan corak kebijakannya kemungkinan tak akan jauh beda dengan era pemerintahan Obama. Ia kemungkinan besar akan melakukan "pendekatan kesabaran".
Pendekatan itu diperkirakan akan digunakan Biden untuk menghadapi negara yang kerap bermasalah dengan Trump. Salah satunya untuk menangani Korea Utara.
"Korut tidak harus menghadapi ketakutan akan tindakan militer yang tidak dapat diprediksi karena Trump. Tapi kemungkinan akan menderita akibat sekrup yang lebih ketat," kata Chang Ho-jin, mantan sekretaris kebijakan luar negeri Presiden Korea Selatan (Korsel) yang bekerja dengan beberapa pembantu Biden.
Sementara itu, diperkirakan jika Biden terpilih, ia akan mendekati Korsel untuk memberi insentif kepada Korut agar melakukan denuklirisasi. Sementara ia juga akan menyoroti soal pelanggaran hak asasi manusia negara tersebut dengan cara yang kurang dilakukan oleh kebijakan AS saat ini.
Meski demikian, janji Biden untuk bekerja lebih dekat dengan sekutu mungkin sedikit rumit. Hal tersebut disebabkan oleh dorongan Presiden Korsel Moon Jae-in untuk lebih banyak terlibat bersama Korut dan sanksi yang lebih longgar.
Pekerjaan diplomatik yang menunggu tak lain adalah hubungan AS dengan China. Namun hal itu nampaknya tak terlalu sulit bagi Biden mengingat hubungannya dengan Negeri Tirai Bambu sudah baik. Hal itu terlihat dari seringnya pertemuan pribadi antara dirinya bersama Presiden China Xi Jinping ketika ia menjadi Wakil Presiden AS.
Namun hal itu bukan tanpa tantangan. Pasalnya saat kampanye, Biden begitu kritis menyoal teritorial China di Laut China Selatan dan Taiwan. Biden juga mengutuk sikap China terhadap Hong Kong dan minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.
Namun, dilansir The New York Times, analis memperkirakan Biden akan mencari hubungan yang lebih profesional dan konstruktif dengan China daripada apa yang telah dilakukan Trump. Hal tersebut didukung dengan Biden yang mengenal Xi Jinping dengan baik dan pernah bekerja sama dengannya sebelumnya.
SEE ALSO:
Biden juga kemungkinan harus menghapus dan membalikkan banyak kebijakan isolasionisme yang dibuat oleh Trump. Sejauh ini, Biden telah berjanji untuk bergabung kembali dengan Paris Climate Accord 2015, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan lembaga internasional lainnya yang dijauhi oleh Trump. Biden juga mengatakan jika dia terpilih, dia akan membatalkan larangan imigran Muslim dan menghentikan pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko.
Dengan reputasi Biden sebagai politisi yang kolaboratif dan berprinsip, diharapkan bahwa kepemimpinannya nanti akan disambut oleh sekutu AS. Bahkan mungkin saja bisa disambut oleh beberapa musuhnya yang bisa saja berubah haluan karena "pendekatan lunak" Biden.