Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, penanganan COVID-19 di Indonesia terus membaik. Hal itu seiring jumlah kasus positif COVID-19 baru kian menurun.

"Kasus rata-rata, dalam tujuh hari ada kurang dari 1.000 kasus," kata Airlangga saat menghadiri acara International Conference on Humanities and Social Science (ICHSS) yang diselenggarakan Fakultas Humaniora President University (PresUniv) dikutip Rabu, 27 Oktober.

Airlangga menegaskan, berkurangnya kasus ini bukan karena pemerintah mengurangi jumlah tes. Kata dia, jumlah tes tidak pernah dikurangi. Menurut Airlangga, ada tiga strategi yang diterapkan pemerintah dalam menangani kasus COVID-19,

"Yaitu deteksi, perubahan perilaku, dan vaksinasi. Pada tahap deteksi, pemerintah meningkatkan screening dan epidemiological test, serta contact tracing. Tidak hanya itu, pemerintah juga melakukan pengawasan genomik, karantina yang ketat, dan wajib PCR," kata dia.

Penanganan COVID-19 yang berjalan baik, kata dia, memberikan dampak positif pada kinerja perekonomian. Dimana pada kuartal II-2021, Indonesia berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam 16 tahun terakhir yakni 7,1 persen.

Dalam kesempatan ini Airlangga mengatakan, tantangan yang sebenarnya adalah demografi Indonesia yang kebanyakan dari Generasi Z dan milenial dan melek digital. Bonus demografi ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

“Ini tentu tantangan bagi PresUniv. Bonus demografi ini adalah kunci pertumbuhan Indonesia di masa mendatang,” kata Airlangga.

Sementara Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Presiden (YPUP) Budi Susilo Soepandji mengatakan, pandemi COVID-19 membuat perubahan dalam tatanan hidup di masyarakat. Saat ini banyak interaksi masyarakat tidak dilakukan secara langsung.

Guna menghadapi hal ini, diperlukan kontribusi nyata dari semua sektor, termasuk bidang keilmuan. Untuk itu, dia mendorong ilmu humaniora berkolaborasi dengan bidang lainnya untuk menjawab tantangan itu.

"Dalam konteks yang lebih luas, hal ini memicu pertanyaan mendasar tentang apa kontribusi yang dapat diberikan Ilmu Humaniora untuk menanggapi situasi saat ini," kata dia.

Untuk itu, ia berharap melalui konferensi ini civitas academica global dari Hubungan Internasional, Ilmu Hukum, Ilmu Komunikasi, Pendidikan, dan Biodiversity dapat berbagi pandangan dan ilmu yang berharga untuk bertahan dalam kondisi sekarang.

“Saya percaya bawa kita berbagi harapan yang sama, konferensi ini akan berkontribusi pada peningkatan penelitian juga praktik pada Ilmu Humaniora," kata Budi.

Adapun tema acara ICHSS adalah “The Opportunities of Crisis: International Experiences and Best Practices in the Time of Covid-19 and Beyond in Society 5.0”.

Ada lima sub tema yang dibahas pada konferensi ini, yaitu International Relations and Other Social & Cultural Issues, Communication Science, Law, Education, dan Biodiversity.