Bagikan:

JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) ungkapkan terkait dengan literasi dan edukasi pasar modal penting bagi generasi muda, pihaknya sejak dua tahun terakhir tidak hanya fokus di perguruan tinggi tetapi juga mulai memperkenalkan ke tingkat SMA.

Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik menyampaikan terkait literasi dan edukasi pasar modal bagi generasi muda di perguruan tinggi menyebutnya Galeri Investasi, sementara di SMA disebut Galeri Edukasi.

"Sampai saat ini jumlanya sudah hampir mencapai 100 galeri edukasi yang ada di SMA-SMA yang ada di seluruh Indonesia. Jadi konsep dari galeri edukasi ini adalah kerjasama 4 pihak, antara Bursa Efek Indonesia, anggota bursa, perguruan tinggi pemilik galeri investasi, dan SMA," jelasnya kepada wartawan usai Pembukaan Perdagangan BEI Tahun 2025, Kamis, 2 Januari.

Untuk yang terkait dengan kurikulum, Jeffrey menyampaikan tentu perlu berkoordinasi dengan kementerian terkait. Namun, untuk materi yang lebih dasar, pihaknya sudah memiliki Learning Management System (LMS) dari OJK yang digunakan untuk mendukung pembelajaran, termasuk di tingkat yang sangat dasar.

"Learning Management System yang ada di OJK yang kami gunakan juga, yang di situ juga sudah meng-cover sampai dengan tingkat yang sangat basic," ucapnya.

Jeffrey menyampaikan pihaknya juga telah memulai program literasi pasar modal sejak dini, seperti mengundang murid TK dalam pembukaan perdagangan pertama setelah pandemi untuk menunjukkan bahwa generasi ini adalah calon investor pasar modal di masa depan.

Menurut Jeffrey bahwa literasi dan edukasi pasar modal penting untuk diberikan pada generasi muda agar masyarakat Indonesia beralih dari pola hidup menabung (saving society) menuju masyarakat yang berinvestasi (investing society).

Oleh karena itu, Jeffrey menegaskan penting bagi siswa SD, SMP, dan SMA untuk memahami konsep investasi di pasar modal. Untuk siswa kelas 12 SMA atau mahasiswa, mereka dapat mengikuti program inklusi pasar modal dan mulai menjadi investor aktif. Inilah yang terus didorong dan akan dilakukan ke depan.

"Artinya masyarakat Indonesia memang sudah harus shifting dari saving society menjadi investing society. Sejak sangat muda, mereka paham dulu konsepnya. Sejak SD, SMP, SMA, kelas-kelas awal, mereka paham tentang konsep berinvestasi di pasar modal. SMA kelas 3 atau kelas 12 sampai dengan mahasiswa, mereka sudah bisa masuk dalam program inklusi atau menjadi investor, menjadi pelaku," katanya.

Jeffrey menyampaikan terkait pembelajaran literasi dan edukasi di tingkat SD akan dimulai dengan pengenalan konsep berinvestasi dan pengertian dasar tentang investasi sebelum memperkenalkan pasar modal.

"Mungkin diawali dengan konsep berinvestasi secara umum, baru bagaimana kita memasukkan pemahaman tentang pasar modal. Jadi, memang publik kita harus berubah dari menyelamatkan masyarakat menjadi masyarakat berinvestasi," jelasnya.