JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan komoditas ikan untuk mendukung program makan bergizi gratis (MBG) besutan Presiden Prabowo Subianto. Adapun besaran untuk program tersebut ditetapkan sebesar Rp10.000 per porsi.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Budi Sulistiyo menyebut, salah satu jenis ikan yang dipastikan realistis untuk masuk ke dalam menu MBG ini adalah ikan layang.
"Sekarang kalau ikan layang contohnya, ya, itu kalau 1 kilo harganya Rp20.000 isi 10 berarti, kan, Rp2.000. Kalau dimasak, biaya masaknya Rp1.000. Kalau umpamanya anggaran per porsi Rp10.000 juga masuk," ujar Budi saat ditemui wartawan usai acara IMFBF 2024: Blue Food Competent Authority Dialogue di Jakarta, Selasa, 10 Desember.
Budi menyebut, usulan jenis ikan tersebut sudah dikomunikasikan dan disosialisasikan dengan Badan Gizi. Nantinya, pihak Badan Gizi akan menganalisis kandungan serta nilai dari ikan layang itu.
"Nah, mereka, kan, ada kepalanya, ada ahli gizinya, mereka yang menganalisis di masing-masing posisi itu," katanya.
Selain ikan layang, Budi juga menyebut jenis ikan lainnya yang menjadi prioritas KKP untuk diusulkan dalam program makan bergizi gratis. Dia bilang, ada ikan tongkol, ikan lele dan ikan kembung. Hanya saja, Budi tidak merinci nilai dan harga dari masing-masing ikan tersebut.
Menurut Budi, ikan kaleng yang diusulkan untuk masuk ke menu MBG dengan porsi Rp10.000 adalah masukan yang realistis. Hal ini lantaran masing-masing ketua dapur akan menghitung kebutuhan gizi dan bahan bakunya.
"Ya nanti secara gizi bagaimana menunya, apa yang diterapkan di sana, dengan menu ikan dan semuanya. Kan, pastinya ada hitungannya. Saya kira kalau secara ekonomis masuk," tutur Budi.
Pada kesempatan sama, Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan, produk susu ikan akan menjadi alternatif yang disediakan dalam sajian menu program Makan Bergizi Gratis (MBG).
BACA JUGA:
Dia menilai, varian susu hewani tersebut merupakan wujud inovasi dalam upaya memenuhi kebutuhan protein di masyarakat.
"Susu ikan suatu alternatif, itu bagian dari inovasi karena kebutuhan susunya (protein), kan, tinggi sekali," ucap Trenggono.
Trenggono menilai, susu ikan bisa didapatkan dari ikan-ikan kecil yang diproses untuk kemudian diambil saripatinya.
Lebih lanjut, dia menilai, produk berwujud bubuk ekstraksi tersebut memiliki kandungan protein yang sangat tinggi.
"Ikan yang kecil-kecilnya itu bisa kami ekstrak menjadi tepung kemudian menjadi susu, dan itu kandungan proteinnya sangat tinggi. Jadi, satu alternatif," ungkapnya.