JAKARTA - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto mengungkapkan ada upaya premanisme yang mengganggu kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi di Selat Madura. Adapun gangguan yang dialami oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) adalah berupa pemerasan saat tengah melakukan kegiatan seismik.
Eks-Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional ini menyebut, modus yang digunakan untuk memeras KKKS adalah dengan mengklaim adanya rumpon atau alat bantu penangkapan ikan mereka yang rusak akibat kegiatan eksplorasi hulu migas.
"Para preman-preman itu melakukan pemerasan terhadap KKKS yang melakukan kegiatan eksplorasi seismik. Rumpon-rumpon yang tidak ada itu diakui," ujarnya yang dikutip Selasa, 19 November..
Meski tidak terdapat rumpon di wilayah tersebut, Djoko bilang KKKS mendapat ancaman yang mengharuskan mereka melakukan ganti rugi terhadap rumpon mereka yang rusak.
"Berita acaranya itu dinyatakan tidak ada rumpon. Tapi, masyarakat melakukan ancaman kalau tidak diganti. Bahkan, kita sudah mengganti satu rumpon itu dari Rp6 juta sampai Rp30 juta," imbuh Djoko.
Djoko mengatakan, aksi pemerasan oleh preman tersebut mengganggu kegiatan eksplorasi dan mengancam kenyamanan investor untuk mencari potensi migas di Selat Madura.
BACA JUGA:
Untuk itu Djoko meminta bantuan dan dukungan dari Komisi XII DPR, TNI, Polri, hingga tokoh masyarakat setempat untuk membantu mengatasi aksi premanisme yang mengganggu KKKS.
"Kami mohon bantuan Komisi XII, TNI, Polri, dan tokoh-tokoh daerah untuk bisa membantu memberikan pengertian kepada masyarakat yng tidak bertanggung jawab ini melakukan pemerasan di lapangan," tandas Djoko.