Bagikan:

JAKARTA - Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mengatakan, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan kestabilan di tengah sentimen kemenangan Donald Trump pada Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024.

Dalam media briefing di Jakarta, Selasa 12 November, Darma menjelaskan, kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden AS memicu terjadinya sentimen penghindaran risiko (risk-off) yang menyebabkan peningkatan fluktuasi di pasar keuangan.

Hal itu akan memiliki dampak yang cukup besar terhadap penentuan arah kebijakan di Indonesia, baik kebijakan moneter, maupun kebijakan pemerintah yang meliputi kebijakan fiskal maupun kebijakan di bidang perdagangan internasional.

“Meski demikian, perekonomian Indonesia menunjukkan stabilitas dan ketahanan meskipun berada dalam rezim suku bunga yang tinggi,” kata Darma, dikutip dari Antara.

Dia menyebut daya beli masyarakat Indonesia yang masih tahan banting (resilient) menjadi salah satu kekuatan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, jika arus keluar dana asing (foreign outflow) mereda, maka pasar Indonesia akan diuntungkan.

Dari sisi komoditas, Darma mengatakan, pasar komoditas di Indonesia menghadapi tantangan dan peluang yang bervariasi pada kuartal IV-2024. Dia memprediksi ke depannya harga komoditas akan lebih berfluktuasi dibandingkan dengan sebelumnya karena lebih tergantung dari sentimen global.

Menurut dia, tingginya fluktuasi tersebut dapat dimanfaatkan pelaku pasar untuk bertransaksi jangka pendek pada harga komoditas dan saham perusahaan yang bisnisnya terkait komoditas.

Dia menilai penurunan harga komoditas global juga telah memberikan dampak langsung pada sektor energi dan logam dasar, terutama pada harga minyak mentah dan beberapa bahan kimia.

“Sektor logam tertentu, seperti logam dasar yang digunakan dalam industri elektronik dan otomotif, tetap mengalami pertumbuhan yang stabil seiring dengan permintaan industri yang kuat,” jelas Darma.

Secara khusus, harga minyak mentah mengalami fluktuasi akibat ketidakpastian pasar global dan kebijakan ekonomi AS yang diperkirakan akan berdampak pada pergerakan harga energi.

Dia memperkirakan bahwa harga minyak akan mengalami tekanan hingga akhir tahun, yang juga akan berdampak pada pendapatan dari sektor energi dalam negeri. Di sisi lain, logam dasar seperti nikel dan tembaga terus menunjukkan potensi positif mengingat peran strategisnya dalam produksi baterai untuk kendaraan listrik, terutama di kawasan Asia Tenggara.