Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan sains dan teknologi Merck menegaskan komitmen keberlanjutan untuk melakukan transisi ke energi terbarukan dengan menerapkan instalasi panel surya fotovoltaik (PV) di atap pabrik di Jakarta.

Site Director PT Merck Tbk, Arryo Aritrixso Wachjuwidajat menyatakan selain pemasangan instalasi panel surya, perusahaan juga membeli Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate (REC) dari PT PLN (Persero).

"Inisiatif ini sejalan dengan target keberlanjutan perusahaan, salah satunya target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)," ujar Arryo dalam keterangannya di Jakarta, dikutip dari Antara, Rabu 23 Oktober.

Ia mengatakan, perusahaan berkomitmen untuk terus mengurangi dampak lingkungan, baik melalui pengurangan emisi karbon maupun peningkatan penggunaan energi terbarukan.

Pada 2030, tambahnya, pihaknya menargetkan pengurangan emisi GRK langsung (Cakupan 1) dan tidak langsung (Cakupan 2) sebesar 50 persen dibandingkan dengan tahun dasar 2020, dan penggunaan 80 persen energi terbarukan dalam operasional sebagai bagian global menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Selain instalasi fisik panel surya, lanjutnya, perusahaan juga telah mengambil langkah proaktif dengan membeli energi hijau melalui REC dari PLN Persero yang telah digunakan untuk operasional pabrik sejak tahun 2022.

Dengan langkah ini, menurut dia akan meningkatkan portofolio energi listrik berasal dari energi terbarukan hingga 40 persen pada 2026.

Pada 2040, perusahaan menargetkan untuk mencapai netralitas iklim dan mengurangi konsumsi sumber dayanya.

Sementara itu instalasi panel surya di atap pabrik yang dikerjakan oleh PT PLN Indonesia Geothermal subsidiary company PT PLN Indonesia Power itu mencakup area seluas 2.100 meter persegi dengan total 817 modul surya.

Menurut Direktur Proyek, PT PLN Indonesia Geothermal Renaldo Siregar panel ini memiliki kapasitas terpasang sebesar 473,9 kWp dan diproyeksikan mampu menghasilkan sekitar 594,3 MWh listrik per tahun.

Energi ini akan memberikan kontribusi sebesar 12 persen dari total kebutuhan energi tahunan pabrik serta menurunkan emisi GRK sebesar 465,3 ton CO2, mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional.