Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mohammad Zainal Fatah mengatakan, sektor bangunan menjadi salah satu kontributor utama penyumbang emisi gas rumah kaca.

"Sektor bangunan merupakan tanggung jawab dan tugas yang diberikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan merupakan salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca. Kami mencatat (sektor bangunan) menyumbang sepertiga dari total emisi gas," ujar Zainal Fatah saat acara peluncuran Peta Zona Iklim untuk Pendinginan Pasif dan Data Iklim Standar dalam Proses Pembangunan Gedung Berkelanjutan serta Seminar Internasional bertajuk "Paving Our Sustainable Future: Innovation in Climate Resilient Habitat" di Auditorium Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa, 1 Oktober.

Di sisi lain, kata dia, sektor bangunan juga menjanjikan potensi besar untuk penghematan energi serta pengurangan emisi.

"Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Bangunan, bangunan gedung diwajibkan untuk menghemat energi sebesar 25 persen selama operasinya," katanya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian PUPR telah menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) PUPR Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penilaian Kinerja Bangunan Hijau.

Dalam peraturan ini, potensi penghematan energi dapat dilakukan melalui penerapan strategi iklim mikro dan pendinginan pasif sebelum menerapkan peralatan mekanikal elektrikal yang hemat energi.

"Bangunan yang memenuhi persyaratan ini akan mendapatkan nilai yang relatif tinggi," ucap Zainal Fatah.

Menurutnya, beberapa negara di dunia baik negara maju maupun berkembang telah memetakan zona iklim mereka untuk desain bangunan gedung berkelanjutan.

"Kami menyediakan atau mendapat meraih potensi penghematan energi untuk masing-masing zona," tuturnya.

Adapun saat ini, lanjut dia, RI sudah memiliki zona iklim untuk potensi pendinginan pasif dan data cuaca standar.

Hal tersebut terealisasi karena kolaborasi antara Kementerian PUPR, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kagoshima University dan Hiroshima University.

Termasuk dukungan penuh dari Japan International Cooperation Agency (JICA).

"Data ini akan diluncurkan secara resmi hari ini, sehingga dapat digunakan dan bermanfaat bagi pengembangan infrastruktur nasional kami," imbuhnya.