Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon dalam proyek pekerjaan bangunan gedung. Salah satunya melalui pemanfaatan dan penggunaan material konstruksi hijau.

"Implementasi konstruksi berkelanjutan yang salah satu kriterianya adalah dengan penggunaan material konstruksi ramah lingkungan sejalan dengan Peraturan Menteri PUPR Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan," kata Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto dalam agenda Kolaborasi Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan melalui Penguatan Penggunaan Produk Dalam Negeri yang Ramah Lingkungan secara daring, Senin, 22 April.

Iwan menyebut, beberapa produsen material konstruksi telah mengembangkan teknologi produknya agar dapat memenuhi kriteria material konstruksi hijau (green material), yang mana pembuatan material konstruksi dan komponen/bahan yang digunakan memiliki dampak lingkungan lebih baik dibandingkan material konvensional.

Dia menambahkan, salah satu proyek besar yang sedang dikerjakan dengan memanfaatkan material konstruksi hijau adalah pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Pembangunan IKN sendiri didasarkan pada prinsip pengurangan risiko terhadap perubahan iklim dan bencana.

"Memprioritaskan penggunaan material bangunan dengan konsumsi energi dan jejak karbon rendah (low embodied carbon) yang berasal dari sumber-sumber atau hasil daur ulang serta menggunakan material dan teknologi dengan dampak lingkungan yang positif atau dengan tingkat kerugian minimum," ujarnya.

Selain itu, kata Iwan, konsep Smart Forest City di IKN diharapkan dapat lebih lanjut mendukung upaya pengurangan emisi karbon, khususnya melalui implementasi konstruksi berkelanjutan yang salah satu kriterianya adalah dengan penggunaan material konstruksi ramah lingkungan.

Adapun sejumlah material konstruksi hijau yang saat ini telah dikembangkan oleh perusahaan dalam negeri dan sudah digunakan pada pembangunan IKN, seperti produk semen hidraulis yang memiliki kadar klinker lebih rendah. Sehingga, emisi karbon yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan semen konvensional.

Kemudian, ada cat dengan komponen kimia/senyawa volatile organic compound (VOC) yang rendah dan mengandung bahan nabati. Sehingga, mampu mengurangi keseluruhan jejak karbon.

"Pemanfaatan dan penggunaan material konstruksi hijau pada proyek pekerjaan bangunan gedung untuk menekan jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang ditimbulkan dari sektor bangunan gedung dan perumahan," imbuhnya.