Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, ekspor udang dari Indonesia ke Amerika Serikat (AS) turun sekitar 16 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Budi Sulistiyo menyebut, sepanjang Januari hingga Juni 2024, AS menjadi negara tujuan ekspor udang Indonesia utama sekaligus tertinggi dengan nilai mencapai 477,29 juta dolar AS.

Namun, Budi bilang, secara tahunan atau year on year (yoy) perkembangan ekspor udang ke AS menurun sebesar 15,8 persen.

Adapun volume udang yang diekspor ke AS adalah 62,17 ribu ton.

Budi menilai, penurunan tersebut salah satunya dipicu dari sisi konsumsi di AS yang menurun seiring semakin selektifnya warga AS dalam berbelanja di tengah efek domino kebijakan suku bunga di negara tersebut.

"Dari data tujuan ekspor Januari-Juni 2024, AS tetap yang tertinggi. Nilai ekspornya 447,29 juta dolar AS dengan share untuk ekspor Indonesia 63,1 persen. Kemudian, kalau kami lihat dari perkembangannya mengalami penurunan sekitar 15 persen," kata Budi dalam konferensi pers di Gedung KKP, Jakarta, Senin, 2 September.

Berkaitan dengan penurunan ekspor udang, kata Budi, sepanjang periode Januari hingga Juni 2024 nilai ekspor udang Indonesia di pasar global menurun sebesar 13,6 persen jika dibandingkan dengan periode serupa pada tahun lalu.

"Penurunan ekspor terjadi di pasar AS, itu adalah 15,8 persen yang merupakan pasar utama udang Indonesia atau angka sharing-nya 63 persen dari total ekspor udang Indonesia," ujarnya.

Secara terperinci, ekspor udang Indonesia di dunia masih didominasi dalam bentuk udang beku, yakni sebesar 63,7 persen, udang yang diawetkan sebesar 31,9 persen dan segar dingin sebesar 4,4 persen.

Selain AS, ekspor udang Indonesia ke Jepang, China dan Asia Tenggara (ASEAN) juga turut menurun, yakni masing-masing 8,3 persen, 24,4 persen dan 29,3 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Budi menjelaskan, nilai ekspor udang Indonesia sepanjang Januari hingga Juni 2024 mengalami penurunan sebesar 13,6 persen jika dibandingkan dengan periode serupa pada 2023 lalu, yakni 760 juta dolar AS atau sekitar Rp11,8 triliun. Selain itu, tren nilai sepanjang 2018 hingga 2024 turun 0,7 persen.

"Kemudian volume ekspornya untuk Januari hingga Juni 2024 itu adalah 98,51 ribu ton yang yoy-nya kontraksi atau penyesuaian 10,8 persen," ungkapnya.