Bagikan:

JAKARTA - PT Aneka Tambang (Antam) mencatatkan penjualan bersih perseroan pada semester I-2024 sebesar Rp23,19 triliun atau naik 7 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp21,66 triliun.

Peningkatan penjualan ini dikontribusikan oleh penjualan bersih domestik yang mencapai Rp21,12 triliun atau setara 91 persen dari total penjualan bersih Antam pada semester pertama tahun 2024.

Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk, Nico Kanter mengatakan, di tengah tantangan yang dihadapi Antam pada semester pertama terutama terkait kendala perizinan, perseroan berhasil menjaga volume produksi dan penjualan pada tingkat optimal sehingga mencatat kinerja keuangan yang baik pada semester I-2024.

"Capaian tersebut tercermin pada laba periode berjalan sebesar Rp1,51 triliun," ujarnya dalam Public Expose, Selasa, 27 Agustus.

Nico melanjutkan, capaian ini didukung oleh produksi dan penjualan komoditas utama yang kuat serta pengendalian biaya yang efisien sehingga membukukan EBITDA sebesar Rp2,42 triliun.

Nico juga menambahkan bahwa posisi keuangan perusahaan yang solid dengan neraca yang ringan, kas yang kuat, dan leverage yang rendah pada semester I-2024 memberikan dasar yang kokoh untuk pertumbuhan melalui investasi yang telah direncanakan.

Sementara terkait pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik atau EV Battery, Antam bersama mitra strategis berkomitmen untuk mempercepat pencapaian milestone sesuai target perusahaan pada tahun 2024.

Di sisi lain, sebagai bagian dari komitmen hilirisasi pada komoditas nikel, PT Gag Nikel (PT GN), entitas anak usaha Antam, menandatangani Conditional Share Purchase Agreement dengan Newton International Investment Pte Ltd. (Newton) pada 3 Mei 2024. Transaksi ini melibatkan pembelian sebagian saham yang dimiliki Newton pada anak perusahaannya yang bergerak di bidang pengolahan bijih nikel. Diharapkan, kerjasama ini akan mendorong pertumbuhan berkelanjutan perusahaan.

Dalam hal pengembangan hilirisasi komoditas bauksit, Antam saat ini fokus pada penyelesaian pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang dikembangkan bersama PT Indonesia Asahan Aluminium. Pabrik ini memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGAR per tahun, dan hingga Juni 2024, progres konstruksinya telah mencapai 89 persen.

"Kami optimis target tersebut dapat tercapai melalui optimalisasi kinerja operasional, penerapan praktik penambangan yang baik, keunggulan operasional, serta komitmen kuat terhadap prinsip ESG," pungkas Nico.