Bagikan:

JAKARTA - PT Freeport Indonesia (PTFI) buka suara terkait persiapan perusahaannya terhadap ancaman risiko cuaca ekstrem seperti La Nina.

Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas mengatakan, sejatinya di wilayah pertambangannya di Tembagapura memang memiliki curah hujan yang cukup tinggi.

"Itu kan curah hujannya kira-kira di wilayah kerja kita sekitar 12.000 milimeter ya jadi memang walaupun enggak ada La Nina curah hujannya sudah tinggi sekali," ujarnya kepada awak media di Gedung Kementerian ESDM, Kamis, 22 Agustus.

Untuk itu, menurutnya sistem pertambangan dan mitigasi cuaca ekstrem di PTFI sudah dilakukan. Apalagi, kata dia, tantang yang dihadapi PTFI dalam proses kegiatan pertambangannya adalah faktor alam dengan curah hujan yang sangat tinggi.

Menurutnya, wilayah pertambangan PTFI di Tembagapura telah dilengkapi dengan sistem aliran sungai dan sistem pipa yang memadai sehingga tidak diperlukan adanya rekayasa cuaca untuk menghadapi fenomena La Nina.

"Kalau kami tidak merencanakan itu (rekayasa cuaca) karena kita di ketinggian 4000-an meter. Suasananya dan kontur alamnya agak beda dengan daerah lain," pungkas Tony.

Sebelumya Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),  memprediksi fenomena La Nina akan mulai berdampak di Indonesia pada Agustus 2024, ditandai dengan peningkatan curah hujan.