JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mengungkapkan bahwa penyusunan peta jalan dekarbonisasi nikel dibuat supaya hilirisasi komoditas tersebut tak berlangsung secara business as usual (rutinitas tanpa perubahan).
“Kita perlu ada semacam peta jalan supaya semuanya bisa memonitor dan juga nantinya tentunya kita mengukur progress-nya, supaya pengolahan atau hilirisasi nikel kita tidak seperti business as usual,” kata Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati, di Hotel Ayanan Midplaza, Jakarta, dikutip dari Antara, Selasa 6 Agustus.
Dekarbonisasi industri nikel dinilai berkontribusi besar dalam agenda pembangunan transformasi ekonomi sesuai visi Indonesia Emas 2045. Transformasi ekonomi juga ditargetkan menjadi strategi kunci di dalam dokumen perencanaan jangka menengah dan panjang untuk membawa Indonesia keluar dari middle income trap (perangkap pendapatan menengah).
Adanya peta jalan dekarbonisasi industri ini disebut dapat semakin menyelaraskan ambisi ekonomi dengan pencapaian target pengurangan emisi sesuai dengan komitmen Indonesia dalam Perjanjian Paris tahun 2015.
Upaya ini dapat ditempuh melalui penciptaan ekosistem industri nikel yang berkelanjutan, memperhatikan lingkungan dan beretika, seiring dengan misi menghasilkan nilai tambah tinggi dan mampu bersaing di pasar global.
“Dalam bertransisi untuk energi ini (nikel), tidak cuma Indonesia, tapi global, itu kita bicara tentang kebutuhan adanya baterai karena salah satunya melalui listrik yang semuanya membutuhkan baterai. Jadi, dengan potensi nikel yang cukup besar di Indonesia, tentunya kita ingin mengolah nikel secara berkelanjutan,” ujar Vivi.
Salah satu alasan mengapa Bappenas mengedepankan penyusunan peta jalan nikel dibanding komoditas lainnya ialah adanya kemajuan teknologi pengolahan nikel. Sebagian perusahaan pengolahan nikel disebut tak lagi menggunakan cara konvensional dengan penggalian tradisional, tetapi memakai metode yang berkelanjutan.
“Jadi tanah-tanah itu diolah lagi, tanah-tanah yang tadi cuma dibuang sekitarnya, sekarang bisa diolah lagi untuk menghasilkan nikel lagi,” ujar dia.
Hingga kini, penyusunan peta jalan dekarbonisasi industri nikel yang sudah dilakukan sejak bulan April 2024 telah mengalami perkembangan. Pertama adalah proses pengumpulan database sudah berlangsung dengan upaya membangun kepercayaan kepada pihak industri agar mereka bersedia berbagi data terkait nikel.
BACA JUGA:
Kedua, komunikasi telah dilakukan dengan kamar dagang dan industri beserta lembaga riset di China sebagai salah satu negara utama pasar nikel untuk memahami permintaan komoditas tersebut seperti apa dan bagaimana permintaan itu dipenuhi oleh mereka.
“Kami melakukan komunikasi baik dengan kamar dagang China maupun juga dengan entitas riset yang ada di sana, adalah untuk memahami demand-nya seperti apa, dan kemudian bagaimana demand tadi itu dipenuhi oleh mereka, dan bagaimana arus barang dari Indonesia, bahan mentah dari Indonesia menuju ke sana, dan seterusnya,” kata Country Director WRI Indonesia Nirarta Samadhi.
“Pergerakan itu perlu dipahami betul agar kita bisa menyusun pathway (arah) yang menguntungkan semua pihak, tidak merugikan salah satu pihak dan menguntungkan satu pihak yang lain, tapi bisa berjalan secara seimbang dengan koridor yang jelas. Koridor menghasilkan tata kelola, tata cara mining (pertambangan) dari nikel tadi yang sustainable (berkelanjutan). Ke depan, ini bisa membantu agar demand-nya di pasarnya, misalnya pasar di China, juga require (memerlukan) hal yang sama dengan apa yang bisa kita suplai dari sini,” ujar dia pula.