JAKARTA - Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mengoptimalkan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT. Pertamina (Persero) sebagai garda terdepan dalam upaya ini. Melalui langkah strategis, Pertamina diberdayakan untuk memimpin sejumlah proyek eksplorasi dan produksi migas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa produksi minyak dan gas bumi di Indonesia terus mengalami penurunan akibat berkurangnya cadangan dan tantangan teknis dalam hal eksplorasi. Untuk membalikkan tren ini, pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan produksi migas Indonesia dengan berbagai strategi.
"Dari tahun 2020 memang produksi minyak bumi terus turun karena kita sekarang mengelola lapangan-lapangan tua dan belum ketemu prospek lapangan minyak baru, tapi kita selalu mengupayakan prospeknya," kata Arifin kepada awak media yang dikutip Senin 5 Agustus.
Merespons tantangan tersebut, Arifin membeberkan pemerintah telah menyiapkan strategi jangka pendek, yaitu dengan meningkatkan produksi dari lapangan-lapangan eksisting ditambah penggunaan Enchanced Oil Recovery (EOR). Terdiri dari melakukan pengeboran lebih dari 1.000 sumur pengembangan setiap tahun, reaktivasi sumur idle sebanyak 1.000-1.500 sumur per tahun, serta percepatan eksekusi CEOR Minar Area 2, Steamflood Rantau Bais dan simple sulfactant Balam South.
BACA JUGA:
Dari strategi jangka pendek tersebut, hasilnya mulai terlihat dengan terjadinya peningkatan produksi minyak di Blok Rokan, dengan anak usaha milik Pertamina sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), yakni Pertamina Hulu Rokan.
"Sekarang yang terbesar produksi (minyak bumi) adalah Pertamina Hulu Rokan, dari data per 30 Juni 2024, produksinya sebesar 157 ribu barel per hari," ujarnya.
Selain itu, dari data yang dipaparkan oleh Menteri Arifin, dari 10 KKKS dengan produksi minyak terbesar, enam diantaranya adalah milik Pertamina. Hal tersebut memberikan sinyal positif bahwa perusahaan plat merah milik bangsa mampu bersaing dengan perusahaan asing.
Tercatat berdasarkan data per 30 Juni 2024, anak usaha milik Pertamina berkontribusi hingga 57 persen dari produksi minyak nasional. Sementara produksi gas dari data yang sama, Pertamina menyumbang 32 persen dari produksi nasional.