JAKARTA - Direktur Utama PT Pegadaian, Damar Latri Setiawan membeberkan dampak dari lonjakan harga emas terhadap kinerja perusahaan.
Dia bilang, saat harga melonjak tinggi, masyarakat lebih banyak menjual emas ketimbang menggadaikan emas.
Berdasarkan catatan Pegadaian, sejak awal 2024 harga emas terus mengalami kenaikan. Bahkan saat ini kenaikannya sudah mencapai 16,9 persen.
“Harga emas naik tapi omzet kami bisa turun, seperti tahun 2020-an. Kenapa? Masyarakat enggak mau menggadai, maunya menjual, karena harga emas tinggi,” katanya dalam konferensi pers di The Gade Tower, Jakarta, Selasa, 30 Juli.
Lebih lanjut, Damar mengatakan saat harga emas naik, Pegadaian harus memitigasi risiko. Sebab, sewaktu-waktu harga emas turun lagi.
“Ada sedikit sindiran, iya Pegadaian naik, emasnya naik. Kita gak bisa begitu, kalau kita mengikuti terus, suatu saat harga emas turun kita bisa kena risikonya. Sehingga kami mitigasi dengan naik,” ucapnya.
Damar juga menjelaskan bagi nasabah yang tetap mengajukan pinjaman dengan menggadai emas di tengah lonjakan harga, maka nilai yang diajukan tidak akan maksimal.
“Misalnya emas 1 gram, harganya Rp1,4 juta. Belum tentu mereka semuanya Rp1,4 juta. Kalau butuh Rp1 juta ya Rp1 juta, walaupun harga emas tinggi, jadi enggak terlalu berpengaruh,” tuturnya.
BACA JUGA:
Meski begitu, Damar mengatakan, kenaikan harga emas tetap akan memberikan kontribusi pada kinerja keuangan perusahannya.
Namun, dia bilang, persentasenya hanya 5 hingga 7 persen.
“Perkiraan kami kontribusinya 5 hingga 7 persen harga emas ini mendorong kinerja Pegadaian. Karena naik 16 persen Bu Elvi enggak mau mengikuti harga emas itu lagi tinggi banget. Jangan sampai tinggi lalu tahu-tahu turun, itu kan risiko lagi,” ujarnya.