Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 30 Juli 2024 diperkirakan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Senin, 29 Juli 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup naik 0,12 persen di level Rp16.281 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,04 persen ke level harga Rp16.286 per dolar AS.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan meningkatnya spekulasi atas pemotongan suku bunga, menyusul beberapa tanda menggembirakan dari data indeks harga PCE minggu lalu, yang merupakan pengukur inflasi pilihan Fed. Hasil pembacaan tersebut menempatkan pertemuan Fed minggu ini dalam fokus utama.

"Sementara bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, sinyal apa pun mengenai rencananya untuk memangkas suku bunga akan diawasi dengan ketat. Menurut CME Fedwatch, para pedagang hampir sepenuhnya memperkirakan pemangkasan 25 basis poin pada bulan September," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Selasa, 30 Juli.

Selain itu, kekhawatiran akan melambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok, menyusul serangkaian pembacaan yang lemah sepanjang Juli, memicu aksi jual yang berkepanjangan di pasar Tiongkok. Ketidakpastian politik AS juga membebani pasar Tiongkok, terutama dengan investor yang tidak yakin tentang bagaimana pemerintahan AS berikutnya akan memperlakukan Beijing.

Ibrahim menyampaikan fokus minggu ini adalah pada data indeks manajer pembelian utama dari negara tersebut untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk mengenai aktivitas bisnis.

Dari sisi internal, pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun 2024 diperkirakan hanya akan bergerak stabil di level 5,1 persen. Adapun pada kuartal I 2024 ekonomi RI tumbuh 5,11 persen. Ekspansi fiskal yang kuat, pembelanjaan terkait pemilu, dan investasi kemungkinan besar akan menjaga pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di atas 5,0 persen tahun ini.

Momentum yang mendorong perekonomian RI akan sedikit berkurang di semester II 2024. Hal ini dikarenakan adanya rebound pada daya beli konsumen dan memudarnya dampak belanja pemilu. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,9 persen yoy pada kuartal pertama, atau masih di bawah rata-rata periode sebelum COVID-19, yakni sebesar 5 persen. Kami berpendapat bahwa lambatnya penciptaan lapangan kerja di sektor formal dapat mengurangi peningkatan konsumsi pada semester kedua.

Perluasan industri yang memberikan nilai tambah dan lapangan kerja di sektor formal, serta penurunan inflasi pangan mungkin diperlukan untuk meningkatkan daya beli konsumen, terutama bagi rumah tangga berpendapatan rendah hingga menengah.

Selain itu, sektor pengolahan mineral dengan intensitas permodalan yang tinggi saat ini masih merupakan target utama penanaman modal asing. Permintaan eksternal dapat dipertahankan di tengah membaiknya ekspor logam dan kuatnya permintaan komoditas utama Indonesia, termasuk batu bara, minyak sawit, serta minyak dan gas.

World Bank akan mempertahankan perkiraan inflasi rata-rata tahun 2024 sebesar 2,9 persen yoy, meskipun rupiah melemah, inflasi rata-rata adalah 2,8 persen yoy di semester I 2024. Meredanya inflasi pangan karena membaiknya kondisi cuaca dan stabilnya harga energi bersubsidi akan mengimbangi kenaikan inflasi inti.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Selasa, 30 Juli 2024 dalam rentang harga Rp16.270 - Rp16.340 per dolar AS.