JAKARTA - Instrumen moneter pro market yang dikeluarkan Bank Indonesia seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) banyak dilirik oleh para investor. Bahkan, aliran modal yang masuk meningkat.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dan pencapaian sasaran inflasi, Bank Indonesia terus mengoptimalkan berbagai instrumen moneter pro-market, yaitu SRBI, SVBI, dan SUVBI.
"Kebijakan ini juga dimaksudkan untuk mempercepat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu, 17 Juli
Perry menyampaikan hingga 15 Juli 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp775,45 triliun, 1,82 miliar dolar AS, dan 267 juta dolar AS.
Dibandingkan dari bulan sebelumnya, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp666,53 triliun, 2,3 miliar dolar AS​, dan 395 juta dolar AS.
"Penerbitan SRBI telah mendukung aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri, tecermin dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp220,35 triliun atau 28,42 persen dari total outstanding," ucapnya.
SEE ALSO:
Sementara itu pada bulan lalu, penerbitan SRBI telah menarik aliran masuk asing ke dalam negeri, baru mencapai Rp179,86 triliun atau setara 26,98 persen dari total outstanding.
Perry menyampaikan implementasi Primary Dealer (PD) sejak Mei 2024 juga memperkuat efektivitas SRBI sebagai instrumen moneter dalam mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah dan pengendalian inflasi.
Ke depannya, Perry menyampaikan Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen pro-market baik dari sisi volume maupun daya tarik imbal hasil, dan didukung kondisi fundamental ekonomi domestik yang kuat, untuk mendorong berlanjutnya aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan domestik.