JAKARTA - Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2024 sebesar 139 miliar dolar AS. Cadangan devisa ini meningkat sebesar 2,8 miliar dolar AS dibandingkan dengan posisi pada April 2024 sebesar 136,2 miliar dolar AS.
Menurut Andry pendapatan pajak dan jasa serta penerbitan obligasi pemerintah global mempengaruhi peningkatan posisi cadangan devisa.
Selain itu, posisi cadangan devisa tersebut setara untuk membiayai 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional yang berkisar 3 bulan impor.
Andry menyampaikan cadangan devisa akan tetap memadai ke depan. Walaupun tren penurunan cadangan devisa dalam beberapa bulan terakhir sejalan dengan meningkatnya gejolak di pasar keuangan global, yang mendorong aliran modal keluar Indonesia dan meningkatkan tekanan pada nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
"Meski tekanan eksternal akan terus berlanjut karena kebijakan The Fed yang masih Higher for Longer, BI menyatakan cadangan devisa akan tetap memadai dengan dukungan stabilitas perekonomian nasional," jelasnya dalam keterangannya, Jumat, 7 Juni.
Andry menjelaskan bauran kebijakan yang ditempuh Pemerintah dan Bank Sentral akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Adapun perekonomian domestik akan ditopang oleh konsumsi dan investasi yang tetap kuat.
BACA JUGA:
Selain itu, Bank Indonesia juga terus menempuh kebijakan triple intervensi dan mengoptimalkan instrumen yang pro pasar untuk menjaga stabilitas pasar keuangan.
"Kebijakan ini diharapkan dapat kembali menarik dana asing masuk ke pasar dalam negeri," tuturnya.
Andry memperkirakan nilai tukar rupiah akan mencapai kisaran Rp15.813 per dolar AS pada posisi akhir tahun 2024, dan perekonomian dalam negeri diperkirakan tumbuh solid sebesar 5,06 persen pada tahun 2024.