Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini, tentunya akan berdampak langsung terhadap biaya impor beras dan jagung.

Bayu menjelaskan asumsi dolar yang digunakan dalam perhitungan biaya Bulog adalah asumsi dalam anggaran pendapatan dan belanja nasional (APBN).

Sekadar informasi, nilai tukar rupiah dalam asumsi ekonomi makro pada APBN 2024 adalah sebesar Rp15.000. Sementara, berdasarkan data Bloomberg pada Kamis 25 April, rupiah tercatat melemah ke level Rp16.187 per dolar AS.

“Bisa melihat perbedaan antara dolar riil dengan asumsi APBN, di situlah terjadinya kenaikan biaya Bulog,” kata Bayu kepada wartawan di Kantor, Jakarta, ditulis Jumat, 26 April.

Karena itu, Bayu mengatakan peningkatan dolar atau pelemahan rupiah dampaknya alkan pamgsung terasa pada biaya impor. Sebab, pembeliannya akan mengikuti kurs saat ini.

“Jadi tonase (beras dan jagung impor) dikali dengan harga dikali dengan kurs. Kalau kursnya naik 10 persen maka total kebutuhan biaya untuk membayar impor naik 10 persen. Itu langsung (naik) sifatnya,” jelasnya.

Bayu pun menyarankan agar kebijakan stabilisasi pangan dilakukan dalam jangka panjang untuk mengelola risiko serupa. Sebab, melalui program stabilisasi jangka panjang, risiko kenaikan harga dolar bisa diredam dengan kontrak pembelian jangka panjang.

“(Stabilisasi pangan jangka panjang) saya tidak hanya mengatakan untuk impor, tapi dalam negeri juga. Itu pentingnya kita punya kebijakan jangka panjang. Bukan karena kita pingin impor dalam jangka panjang tapi kita bisa membuat perencanaan dan melakukan antisipasi risiko yang mungkin terjadi,” tegasnya.

Meski begitu, Bayu mengatakan bahwa kebijakan impor sepenuhnya bersifat penugasan dari pemerintah. Karena itu, biaya importasi beras dan jagung bakal bersifat pass through atau dibebankan kepada APBN.

Bayu juga mengaku sudah berdiskusi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) serta perbankan yang melakukan pembiayaan impor untuk melakukan perhitungan bersama menghadapi situasi nilai tukar tersebut.

“Bulog telah melakukan stress test yang terus menerus diperbarui dari waktu ke waktu melihat pergerakan rupiah kepada dolar. Kita terus lakukan simulasi sampai dengan saat ini, bisa saya sampaikan bahwa dengan kerja sama intens dengan Kemenkeu dan perbankan, kegiatan Bulog untuk memperkuat stok masih bisa terjaga,” jelasnya.