Bagikan:

JAKARTA - Himpunan dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) berkomitmen memperkuat perdagangan sektor ritel dalam negeri untuk menghadapi ketidakpastian global.

"Kami melihat bahwa saat ini global sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Kami harapkan kita fokus mengamankan perdagangan dalam negeri," kata Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah saat acara Pengukuhan Pengurus Hippindo periode 2024-2026 di Jakarta, dikutip dari Antara, Jumat 19 April.

Budihardjo mengatakan, perdagangan dalam negeri akan menjadi target utama dari asosiasi pelaku usaha ritel tersebut di tiga tahun periode kepengurusan yang baru.

Dia menyebutkan, sektor ritel menyumbang pendapatan sebesar 52 persen untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Artinya, dapat dikatakan bahwa sektor ritel menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional.

Dengan anggota sekitar 80 ribu peritel, Budihardjo mengatakan Hippindo juga memiliki komitmen untuk membantu pemerintah termasuk dalam upaya pengendalian inflasi.

Untuk mendukung fokus penguatan perdagangan dalam negeri, Hippindo menginisiasi gerakan "Belanja di Indonesia Aja" yang disinergikan dengan program "Beli Buatan Lokal" di bawah naungan Kemenko Bidang Perekonomian.

Budihardjo menjelaskan, gerakan tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan penjualan produk atau omzet perdagangan dalam negeri.

"Fokus Hippindo adalah semua member dan non-member di dalam negeri harus ada penjualan yang meningkat. Dikarenakan solusi penjualan domestik adalah solusi untuk kita bertahan," kata dia.

Gerakan "Belanja di Indonesia Aja" diyakini dapat menumbuhkan investasi melalui pembukaan pabrik untuk memenuhi sektor perdagangan dalam negeri serta menurunkan inflasi.

Hippindo memandang perlunya vendor-vendor dari luar negeri untuk dapat membuat pabrik di Indonesia, sehingga dapat memproduksi beraneka jenis barang untuk mendukung pasar dalam negeri serta memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

"Rantai pasokan ritel harus dijaga karena memiliki peran yang sangat penting untuk kelancaran aktivitas perdagangan dalam negeri. Rantai pasokan ritel mencakup proses dari produksi hingga konsumen akhir, melibatkan berbagai tahapan seperti pengadaan bahan baku, produksi, distribusi, penyimpanan, dan penjualan," kata Budihardjo.

Menurut Hippindo, gerakan "Belanja di Indonesia Aja" juga dapat memberikan kesempatan dan promosi produk buatan Indonesia menjadi tuan rumah di dalam negeri. Selanjutnya, UKM dapat melakukan ekspansi merek lokalnya ke luar negeri melalui program "Indonesian Brands Go Global".

Dari sisi pariwisata, gerakan tersebut diharapkan dapat membantu mendatangkan wisatawan mancanegara. Menurut Hippindo, merek global yang memiliki segmentasi pasar sendiri dapat didukung agar turis tidak hanya menikmati wisata alam dan kuliner tetapi juga wisata belanja.

Selama ini, kata Budihardjo, banyak acara-acara great sale atau pesta diskon di berbagai kota di Indonesia namun berdiri secara sendiri-sendiri. Dengan adanya "Belanja di Indonesia Aja", maka diharapkan gerakan ini dapat menjadi payung besar untuk seluruh acara great sale di Indonesia.

"Saat ini semua event-event itu tidak ada payungnya, seperti Jakarta Great Sale, Bandung Great Sale, Solo Great Sale, semua kota bikin great sale. Tapi tidak ada payungnya. Kita butuh payung dari pemerintah," kata Budihardjo.