Bagikan:

JAKARTA - Harga minyak mengalami kenaikan sekitar 1% pada Jumat kemarin di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah, tetapi mengalami kerugian mingguan karena proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global yang pesimis dari Badan Energi Internasional, serta kekhawatiran akan perlambatan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).

Minyak mentah Brent berjangka naik 71 sen ke level US$ 90,45 per barel. Untuk minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS meningkat 64 sen ke level US$ 85,66. Pada pekan ini, harga Brent mengalami penurunan 0,8%, sementara WTI turun lebih dari 1%.

"Fokus utama pasar adalah apakah Iran akan membalas terhadap Israel," kata Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow.

Ada kekhawatiran terjadinya gangguan pasokan terkait peristiwa di Timur Tengah yang bisa mendorong kenaikan harga. Masalah yang terkait dengan rantai pasokan tetap menjadi risiko utama karena Iran terus menebar ancamannya untuk menutup Terusan Suez.

Badan Energi Internasional memangkas proyeksinya pertumbuhan permintaan minyak dunia pada 2024 menjadi 1,2 juta barel per hari (bph). Sementara itu, OPEC memproyeksikan permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 2,25 juta bph pada 2024.

"Untuk saat ini, pasar secara umum lebih condong pada proyeksi pertumbuhan permintaan OPEC sebesar 2,2 juta barel per hari dibandingkan dengan proyeksi Badan Energi Internasional yang menurun sebesar 1,2 juta barel per hari," kata Ole Hansen dari Saxo Bank.