Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Perusahaan Bank DKI, Arie Rinaldi mengaku pihaknya menghadapi beragam tantangan dalam menjalankan bisnis sebagai bank pembangunan daerah (BPD) milik Pemprov DKI Jakarta.

Situasi yang dimaksud meliputi volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA). VUCA merupakan tantangan yang terjadi karena disrupsi, pergeseran pasar, perubahan perilaku konsumen, serta persaingan bisnis yang semakin ketat.

Strategi yang dijalankan Bank DKI, menurut Arie, adalah mengedepankan transformasi perbankan

"Saat ini persaingan digitalisasi layanan pada industri perbankan dan keuangan juga semakin ketat. Langkah transformasi digital yang dijalankan Bank DKI saat ini berada pada jalur yang tepat," kata Arie dalam keterangannya, Minggu, 7 April.

Arie menyebut pihaknya terus beradaptasi dalam menghadapi tantangan bisnis di masa mendatang. Salah satunya adalah Jakarta Tourist Pass yang dijalankan bersama Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta.

Jakarta Tourist Pass merupakan solusi digital berbasis kartu uang elektronik (JakCard Bank DKI) dan dompet elektronik/e-wallet (JakOne Pay Bank DKI) untuk memudahkan para wisatawan mengakses destinasi populer, transportasi umum, kuliner, event, dan layanan pariwisata lainnya di Jakarta.

Tidak hanya itu, Jakarta Tourist Pass juga menghadirkan kemudahan bertransaksi dengan fitur scan to pay untuk melakukan pembayaran QRIS dan fitur top-up Jakcard untuk mengisi Jakcard secara praktis dalam satu aplikasi.

"Bank DKI berkomitmen untuk melakukan inovasi dalam produk dan layanan perbankan digital, yang akan semakin memudahkan nasabah, mitra, dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan terus memperbaharui dan meningkatkan layanan digital, Bank DKI bertekad untuk menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan perbankan nasabah,” tutur Arie.

Di satu sisi, Bank DKI mencatat laba bersih pada periode Q4 2023 sebesar Rp1,02 triliun. Nilai pembukuan laba ini tertinggi sejak Bank DKI didirikan pada tahun 1961.

Direktur Keuangan dan Strategi Bank DKI, Romy Wijayanto menuturkan, perolehan laba bersih tersebut tumbuh 8,63 persen dibanding periode Q4 2022 sebesar Rp939,11 miliar.

"Pencapaian kinerja ini merupakan salah satu milestone Bank DKI yang terwujud berkat dukungan dan kepercayaan dari seluruh pemangku kepentingan," ucap Romy.

Romy menguraikan, peningkatan laba bersih ini didorong dari peningkatan pendapatan bunga yang tumbuh 17,82 persen menjadi Rp5,34 triliun pada Q4 2023 dari sebelumnya Rp4,53 triliun pada Q4 2022.

Lalu, fee based income meningkat sebesar 8,47 persen dari sebelumnya Rp576 miliar pada Q4 2022 menjadi Rp624,77 miliar pada Q4 2023.

Sepanjang tahun 2023, Bank DKI telah menyalurkan kredit termasuk pembiayaan syariah sebesar Rp52,00 triliun pada Q4 2023 dari Rp48,37 triliun pada Q4 2022 atau tumbuh sebesar 7,50 persen.

"Pertumbuhan kredit dan pembiayaan didorong oleh terutama pada segmen kredit ritel yang tumbuh sebesar 49,01 persen menjadi Rp1,93 triliun pada Q4 2023, dari Rp1,29 triliun pada Q4 2022," urai Romy.

Sementara, pertumbuhan segmen kredit mikro naik sebesar 42,67 persen menjadi Rp3,66 triliun pada Q4 2023, dari posisi Rp2,56 triliun pada Q4 2022.